Surat Untuk Bekicot Di Masa Depan #1
Minggu, Mei 22, 2016
Surat yang ku tulis, berharap
nanti tidak terlupakan begitu saja, tulisan yang iseng banget dikala aku
duduk sendiri di keramaian malam itu...
Menjadi bagian dari keluarga FIM memberikanku banyak pelajaran. Pengetahuan baru dan pengalaman yang tak terlupakan.
Salah satu yang berkesan dan sangat baru bagiku adalah tentang ilmu Parenting.
Saat sesi ini akulah satu-satunya orang yang lola dan saking terkagumnya, bengong serta selalu telat memaknai kata-kata yang dilontarkan bu Septi.
Disampaikan oleh ibu Septi Peni Wulandani sosok ibu luar biasa bagi keluarganya, seorang ibu dari sahabatku.
Menjadi bagian dari keluarga FIM memberikanku banyak pelajaran. Pengetahuan baru dan pengalaman yang tak terlupakan.
Salah satu yang berkesan dan sangat baru bagiku adalah tentang ilmu Parenting.
Saat sesi ini akulah satu-satunya orang yang lola dan saking terkagumnya, bengong serta selalu telat memaknai kata-kata yang dilontarkan bu Septi.
Disampaikan oleh ibu Septi Peni Wulandani sosok ibu luar biasa bagi keluarganya, seorang ibu dari sahabatku.
"Peraih penghargaan ibu teladan versi majalah Ummi 2004 (ibuprofesional.com)"_Fimnews
Aku yang selalu haus dengan dunia akademis dan menjatuhkan perhatian mendalam pada karir mulai mengerti bagaiman peran seorang ibu untuk anak-anak.
Sebagai ibu tidak dapat dipungkiri bukanlah pekerjaan yang mudah.
Melihat bagaimana ibuku sendiri mengorbankan pekerjaannya hanya demi merawat aku dan adikku tercinta. Setiap waktu selalu ada untuk kita keluarga Karang.
Ibuku adalah panutanku, kasih sayangnya begitu utuh. Setiap katanya membawaku pada berdamai dengan duniaku yang penuh dengan ambisi.
Maka tidaklah berlebihan jika nanti aku ingin seperti ibuku yang mendedikasikan diri untuk keluarga, belajar budaya Bali dari nol dan mengerti dunia kemasyarakatan bapakku. Karena menjadi istri dari orang Bali dengan kebudayaannya yang begitu kental dan terkenal sangat kompleks ini aku berharap semoga suamiku nanti tidak menuntutku hanya bergulat dengan banten, canang, dan memasak sebuah pekerjaan dasar seorang ibu idaman, come on kalau cuma itu saja mah gampang ehh
Gimana kalau dihadapkan dengan pilihan karir atau keluarga. Yakin bisa berdamai dengan keduanya ? Pertanyaan paling sulit untuk kaum perempuan...
Seperti kata Yuka Devi, cari Hindu jawa aja 😈
Sepertinya kita sealiran kak 🙈
Begitu juga dengan yang diungkapkan bu Septi.
Menjadi seorang ibu perlu kesiapan tidak hanya fisik namun mental dan pengetahuan demi keluarga idaman. Dunia seorang anak, pembentukan karakter anak dimulai dari bagaimana ibu merawat dan memperlakukan sang anak. Membentuk anak menjadi apa yang kita inginkan pastinya memerlukan peran penuh dari seorang ibu.
Perempuan sekolah tinggi-tinggi bukan untuk menyaingi para lelaki namun untuk melahirkan generasi yang berkualitas. Tidaklah berlebihan jika mengatakan kualitas seorang anak ditentukan oleh sosok luar biasa yaitu "Ibu" walaupun kita tidak dapat mengesampingkan peran seorang ayah.
Menjalin komunikasi keluarga untuk membuat ide baru
Ide adalah sesuatu yang harus diterapkan didalam keluarga agar keluarga tetap hidup, entah itu ide untuk membangun suasana keluarga yang lebih hidup sampai menata rumah bersama. Ide untuk memulai sesuatu yang baru dan menerapkannya secara mandiri.
Penting untuk seorang ibu mencari tau minat dan bakat sang anak
Membiarkan anak dirawat oleh orang lain saat kita sibuk bekerja dan mengirimnya ke sekolah untuk diajarkan oleh orang lain, namun kita menuntut sang anak menjadi apa yang kita inginkan merupakan kesalahan besar. Bagaimana bisa seorang anak dapat berkembang sesuai dengan keinginanmu jikalau kamu sibuk dengan duniamu sendiri. Jika ingin menjadikan anak memiliki karakter sesuai dengan inginmu maka rawatlah dia, belajarlah untuknya dan dedikasikan diri untuk keluarga.
Dulu saat aku beberapa kali mengunjungi Negara Jepang yang terkenal dengan sopan-santunnya ini. Terlintas dalam pikiranku untuk menyekolahkan anakku di Sekolah Dasar di Jepang saja bukan di Negaraku sendiri. Bukan bermaksud meragukan sistem pendidikan kita namun menurut pemahamanku sejauh ini sepertinya memang itu pilihan yang tepat. Anak seusia SD seharusnya diberikan pendidikan karakter, menghargai orang lain, mengerti makna memberi, Menanamkan nilai-nilai Tat Twam Asi, Tri Kaya Parisudha, sopan-santun berprilaku, mengeksplore minat dan bakat serta mengenalkan pada budaya setempat agar dapat menghargai dan mencintai Negaranya tanpa harus memiliki rasa iri hati terhadap orang lain.
Namun setelah mendengarkan cerita ibu Septi sepertinya ada benarnya, kitalah para perempuan yang seharusnya mengambil peran besar disini. Belajar menjadi ibu yang baik bagi anak. Mengajarkan segala hal sehingga dapat menjadi sosok yang kita harapkan tidak hanya membanggakan orang tua namun bermanfaat bagi lingkungannya. Membentuk pondasi yang kuat sehingga tidak tergoyahkan dengan pengaruh globalisasi.
Berkuda, Berenang, dan Memanah
Aku yang selalu haus dengan dunia akademis dan menjatuhkan perhatian mendalam pada karir mulai mengerti bagaiman peran seorang ibu untuk anak-anak.
Sebagai ibu tidak dapat dipungkiri bukanlah pekerjaan yang mudah.
Melihat bagaimana ibuku sendiri mengorbankan pekerjaannya hanya demi merawat aku dan adikku tercinta. Setiap waktu selalu ada untuk kita keluarga Karang.
Ibuku adalah panutanku, kasih sayangnya begitu utuh. Setiap katanya membawaku pada berdamai dengan duniaku yang penuh dengan ambisi.
Maka tidaklah berlebihan jika nanti aku ingin seperti ibuku yang mendedikasikan diri untuk keluarga, belajar budaya Bali dari nol dan mengerti dunia kemasyarakatan bapakku. Karena menjadi istri dari orang Bali dengan kebudayaannya yang begitu kental dan terkenal sangat kompleks ini aku berharap semoga suamiku nanti tidak menuntutku hanya bergulat dengan banten, canang, dan memasak sebuah pekerjaan dasar seorang ibu idaman, come on kalau cuma itu saja mah gampang ehh
Gimana kalau dihadapkan dengan pilihan karir atau keluarga. Yakin bisa berdamai dengan keduanya ? Pertanyaan paling sulit untuk kaum perempuan...
Seperti kata Yuka Devi, cari Hindu jawa aja 😈
Sepertinya kita sealiran kak 🙈
Begitu juga dengan yang diungkapkan bu Septi.
Menjadi seorang ibu perlu kesiapan tidak hanya fisik namun mental dan pengetahuan demi keluarga idaman. Dunia seorang anak, pembentukan karakter anak dimulai dari bagaimana ibu merawat dan memperlakukan sang anak. Membentuk anak menjadi apa yang kita inginkan pastinya memerlukan peran penuh dari seorang ibu.
Perempuan sekolah tinggi-tinggi bukan untuk menyaingi para lelaki namun untuk melahirkan generasi yang berkualitas. Tidaklah berlebihan jika mengatakan kualitas seorang anak ditentukan oleh sosok luar biasa yaitu "Ibu" walaupun kita tidak dapat mengesampingkan peran seorang ayah.
Menjalin komunikasi keluarga untuk membuat ide baru
Ide adalah sesuatu yang harus diterapkan didalam keluarga agar keluarga tetap hidup, entah itu ide untuk membangun suasana keluarga yang lebih hidup sampai menata rumah bersama. Ide untuk memulai sesuatu yang baru dan menerapkannya secara mandiri.
Penting untuk seorang ibu mencari tau minat dan bakat sang anak
Membiarkan anak dirawat oleh orang lain saat kita sibuk bekerja dan mengirimnya ke sekolah untuk diajarkan oleh orang lain, namun kita menuntut sang anak menjadi apa yang kita inginkan merupakan kesalahan besar. Bagaimana bisa seorang anak dapat berkembang sesuai dengan keinginanmu jikalau kamu sibuk dengan duniamu sendiri. Jika ingin menjadikan anak memiliki karakter sesuai dengan inginmu maka rawatlah dia, belajarlah untuknya dan dedikasikan diri untuk keluarga.
Dulu saat aku beberapa kali mengunjungi Negara Jepang yang terkenal dengan sopan-santunnya ini. Terlintas dalam pikiranku untuk menyekolahkan anakku di Sekolah Dasar di Jepang saja bukan di Negaraku sendiri. Bukan bermaksud meragukan sistem pendidikan kita namun menurut pemahamanku sejauh ini sepertinya memang itu pilihan yang tepat. Anak seusia SD seharusnya diberikan pendidikan karakter, menghargai orang lain, mengerti makna memberi, Menanamkan nilai-nilai Tat Twam Asi, Tri Kaya Parisudha, sopan-santun berprilaku, mengeksplore minat dan bakat serta mengenalkan pada budaya setempat agar dapat menghargai dan mencintai Negaranya tanpa harus memiliki rasa iri hati terhadap orang lain.
Namun setelah mendengarkan cerita ibu Septi sepertinya ada benarnya, kitalah para perempuan yang seharusnya mengambil peran besar disini. Belajar menjadi ibu yang baik bagi anak. Mengajarkan segala hal sehingga dapat menjadi sosok yang kita harapkan tidak hanya membanggakan orang tua namun bermanfaat bagi lingkungannya. Membentuk pondasi yang kuat sehingga tidak tergoyahkan dengan pengaruh globalisasi.
Berkuda, Berenang, dan Memanah
Seperti ajaran yang disampaikan ibu Septi ini aku tidaklah melihat dari segi sumber ajaran yang bukan dari agamaku namun dari sisi makna mendalam dari olahraga yang secara tidak langsung memang membentuk karakter anak.
Sementara ini aku hanya bisa berenang dan sedikit memanah namun berkuda sepertinya belum. Mungkin harus mencari calon suami yang ahli berkuda dan memanah haha
Nilai-nilai keberanian, pantang menyerah, dan fokus adalah beberapa hal yang dapat aku analisa dari olahraga ini. Dimana nilai tersebutlah yang membuat seseorang menggapai mimpi-mimpinya. Sang anak dapat belajar dari fenomena di lingkungannya secara alami.
Terus berkembang dan pantaskan diri
Sepertinya kata-kata ini cukup menyayat karena sampai detik ini aku belum merasa pantas, masih belajar dan terus berkembang dimana pun, kapanpun.
Berbicara tentang jodoh sepertinya sangat jarang aku diskusikan bersama siapapun namun ibu Septi menyampaikan kepada FIMers yang rata-rata masih jomblo ini bahwa sesungguhnya jodohmu adalah cerminan dari dirimu sendiri. "Orang baik pasti akan dipertemukan dengan orang baik, maka dari itu pantaskan diri dulu sebelum menuntut pada jodoh yang berkualitas"
Sepertinya setiap kata yang ibu Septi ungkapkan membuat semua kunang-kunang FIM terpana. Tentang jodoh idaman dan keluarga yang harmonis serta berkualitas.
Begitu juga denganku ingin nantinya menemukan seorang suami yang memiliki mimpi dan tujuan yang sama. Sehingga dapat mengarungi bahtera rumah tangga yang melahirkan generasi tidak hanya cerdas berprilaku dan berkarya namun juga bermanfaat bagi lingkungannya.
Spiritual yang kuat
Semua ajaran agama maupun keyakinan mengajarkan kebenaran. Maka landasan agama dan keyakinan diperlukan dalam hidup. Memiliki seorang pendamping dengan pemahaman agama yang baik akan dapat mengantarkan anak memiliki landasan kuat dalam berprilaku. Maka sebagai seorang calon ibu sudah siapkah dengan itu semua?
"Perbaiki diri, apapun agamamu maka pahamilah dengan baik sehingga kamu dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh pada anakmu"
Hanya butuh 90 hari, untuk membuat suatu prilaku berjalan secara konsisten.
Mulailah belajar sesuatu yang baru dari sekarang dan berkomitmen untuk bertahan selama 90 hari sampai hal tersebut menjadi kebiasaan. Fokus pada passionmu namun ketahuilah disamping mengejar karir, anak dan suami beserta keluarga barumu nanti membutuhkan peranmu.
Mungkin ini suatu hal yang membuatku tidak berhenti untuk berpikir hahaaa
Keluarga adalah tempat pertama bagi anak untuk belajar. Peran kedua orang tua adalah mutlak adanya untuk generasi yang lebih baik. Semoga kalian para calon bapak dan ibu bisa mempersiapkan diri untuk masa depan dan keluarga kecil idaman.
Tatalah masa depan, jalani dengan ikhlas serta hadapi semuanya karena anakmu berhak untuk lahir dari rahim seorang ibu yang tangguh kata Fadjrin !
*Tulisan super ekstrim yang gatau kenapa bisa kepikiran :3
*Tulisan ini bukan berarti aku ngebet pengen nikah :3
0 Comments