Bekicot Kecil
Temawang Hub: Ruang Kreativitas dan Perspustakaan Untuk Anak-Anak di Desa Selat Karangasem
Anak-anak Klencing Art berkumpul di Temawang Hub untuk membaca dan melukis |
Kakak Eka membacakan cerita kepada anak-anak Klencing Art |
Hari itu adalah minggu ke-2 sejak ditetapkannya
status Gunung Agung menjadi level IV (awas) ketika mentor dan saya berada di
tengah-tengah para pengungsi di GOR Suweca Pura, Kelungkung Bali, pusat
informasi dan tempat pengungsian utama bagi masyarakat Desa Karangasem yang
tinggal dekat dengan Gunung Agung. Kami berdiskusi panjang kira-kira apa
kontribusi yang bisa kami lakukan untuk masyarakat yang ada
dipengungsian.
Secara total kira-kira 3 bulan sudah beberapa
masyarakat karangasem yang tinggal dekat dengan Gunung Agung berada dipengungsian.
Banyak permasalahan yang timbul, mengingat Bali belum memiliki pengalaman yang
cukup atas bencana alam Erupsi Gunung yang datang secara tiba-tiba sejak
meletus terakhir pada tahun 1963.
Gempa yang datang berkali-kali bukan hanya tengah
malam saat warga sedang lelap tertidur tetapi juga siang hari sehingga hal ini
menyebabkan masyarakat untuk tinggal di tempat dengan radius yang lebih
aman.
Sejak masyarakat tinggal di pengungsian, beberapa
masalah muncul mulai dari masalah tempat tinggal, persediaan makanan yang
kurang merata, kesehatan dan sanitasi, sampai masalah akses pendidikan. Karena
anak-anak yang ikut mengungsi menyebabkan aktivitas sekolah menjadi tidak aktif
sehingga anak-anak tidak lagi produktif padahal mereka seharusnya tetap mendapatkan
akses terhadap aktivitas pendidikan.
Saya berkesempatan untuk berbagi cerita dan memotivasi anak-anak Klencing Art |
Karena permasalahan tersebut akhirnya kami
memiliki ide untuk tetap dapat memberikan kesempatan untuk anak-anak belajar
dan membaca di tempat pengungsian dengan proyek sosial yaitu Perpustakaan
Keliling. Perpustakaan ini berkeliling dari satu tempat pengungsian ke tempat
pengungsian yang lainnya. Selain perpustakaan keliling terdapat juga
perpustakaan di Temawang Hub yang baru saja diresmikan untuk menunjang
pendidikan anak di Desa Selat khususnya. Perpustakaan ini dibuka untuk umum
karena siapapun dapat berkunjung dan membaca di perpustakaan kecil ini.
Perpustakaan ini dibangun, mengingat di Desa
Selat Karangasem tidak memiliki perpustakaan umum. Kami menyadari sebagian
besar sekolah tidak memiliki fasilitas penunjang pendidikan seperti
perpustakaan di dalam sekolah, juga yang paling mencengangkan adalah kurangnya
fasilitas dasar penunjang pendidikan seperti Buku. Realita dilapanganya, jika
mereka tidak memiliki ruang perpustakaan atau ruang baca, bagaimana mereka akan
memiliki perpustakaan? Melihat lebih jauh kedalam hal ini, ternyata tidak hanya
sekolah di daerah terpencil saja yang tidak memiliki perpustakaan. Ya betul,
ternyata dari data yang kami dapatkan, kurang lebih dua per tiga dari seluruh
sekolah yang ada di Indonesia tidak memiliki perpustakaan.
Dengan proyek sosial perpustakaan ini diharapkan
dapat membantu meningkatkan minat baca anak-anak dan menjadi ruang untuk mereka
belajar dan bermain bersama anak-anak lainnya.
Desa Selat Karangasem, Bali. Di desa ini, banyak
anak yang tidak mengenal buku bacaan selain buku-buku yang didapat dari
sekolah, itupun terkadang satu buku untuk beberapa anak. Bahkan, tak sedikit
yang mengaku, belum pernah membaca komik dan majalah karena di sekolah mereka
tidak ada perpustakaan.
Kondisi demikian tentu memprihatinkan dan tak
bisa dibiarkan. Sebab, buku bacaan sangat penting untuk menunjang tumbuh
kembang anak. Dengan membaca buku, anak akan memeroleh wawasan dan ilmu
pengetahuan. Dengan membaca buku, karakter anak pun akan terbentuk dan
kosakatanya bertambah. Selain itu di Temawang Hub ini dapat menjadi tempat
anak-anak berkreasi dan bermain dengan teman-teman lainnya sehingga dapat
mengurangi aktivitas yang kurang bermanfaat bagi masa tumbuh kembang
mereka.
Dengan
diturunkannya status Gunung Agung beberapa minggu yang lalu menjadi
level III (Siaga) walaupun terjadi letusan kecil beberapa hari yang
lalu, masyarakat Desa Selat Karangasem
dapat kembali ke Desa dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Hal
ini yang menjadi kesempatan kami untuk meresmikan sebuah perpustakaan
kecil di
Temawang Hub (Sebuah Learning Center) untuk anak-anak di Desa Selat.
Pemandangan persawahan di Temawang Hub |
Kebersamaan bersama keluarga Klencing Art di Temawang Hub |
Suasana di Temawang Hub yang selalu dirindukan |
Bersama Ibu Dewi dan Eka (Keluarga saya di Selat Karangasem) |
Gerakan ini diinisiasi oleh salah satu board
member kami Dede Prabowo, Gerakan Mari Berbagi(www.g-mb.org) : GMB Bali dan GMB Jepang. Dengan
berdirinya perpustakaan ini diharapkan nanti dapat meningkatkan minat baca
anak-anak di Desa Selat Karangasem dan sekitarnya.
Terdapat kurang lebih 300 buku di Temawang Hub
dan nantinya beberapa proyek perpustakaan keliling untuk anak-anak di
pengungsian akan dilaksanakan bersama beberapa relawan.
Salah satu karya anak-anak di Klencing Art, Phone case unik design seperti yang diinginkan :) |
Bookmarks unik dari karya anak-anak Klencing |
Jika kalian memiliki
buku menarik layak baca untuk anak-anak di Desa Selat Karangasem dan tertarik
untuk menjadi relawan dapat menghubungi Koordinator GMB Chapter Bali di semua
sosial medianya (@widiadiantari).
Terima Kasih :)
(Tunggu postingan saya saat project Perpustakaan Keliling nanti yaaa :) )
Berikut adalah video yang dibuat oleh GMB Jepang
dalam rangka untuk proyek sosial perputakaan mini ini :