Mengapa Kita Sulit Mengapresiasi Orang Lain?

Kamis, Februari 14, 2019

"Appreciation is a wonderful thing: it makes what is excellent in others belong to us as well" -- Voltaire




Setiap orang sesungguhnya membutuhkan pujian dari orang lain. Tidak ada orang yang tidak senang ketika dipuji orang lain. Pujian akan memberikan dampak yang luar biasa dalam hubungan kita dengan orang lain.

Sayangnya, kita memang lebih mudah melihat yang buruk ketimbang hal yang baik. Hal ini terjadi karena kurangnya cinta dalam diri kita menyayangi diri-sendiri. Bagi orang yang memiliki cinta, melihat kebaikan orang lain itu tentu hal yang mudah.



Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak kita temui seseorang lebih cepat jika menemukan keburukan seseorang kemudian mengkritiknya secafra langsung. Tetapi ini berbeda jika seseorang meraih sebuah pencapaian. Atau kamu pernah mengalaminya? Saya yakin, pasti pernah, bahkan kerap kali melontarkan kritikan lebih banyak daripada mengapresiasi seseorang yang telah membantu atau mempermudah urusan kita. 

Ketika kita mengkritik maka akan muncul perasaan sebagai makhluk superior seperti yang dikatakan oleh Saad dalam artikelnya di Quora. Karena kita mengatakan bahwa apa yang dikerjakan tidak berhasil atau sesuai dengan target maka kita dengan cepat mengkritik dan memberikan pandangan apa yang seharusnya dilakukan, padahal sudah berakhir, hasil sudah didepan mata. Jadi, pada saat diposisi tersebut kita tiba-tiba merasa unggul daripada yang lain.

Sekarang kita berbicara tentang apresiasi

Tidak semua bentuk apresiasi atau penghargaan itu sulit untuk dilakukan. Seorang guru tidak merasa sulit untuk menghargai muridnya, tetapi ia mungkin merasa sulit untuk menghargai rekan sesame guru, terlebih lagi jika rekannya itu juga mengajar mata pelajaran yang sama dengannya. Demikian pula, seorang manajer tidak merasa sulit untuk menghargai karyawannya, tetapi merasa sulit untuk menghargai sesama manajer. Topper tidak terasa sulit ketika siswa di bawah rata-rata menjadi siswa rata-rata, tetapi merasa sulit untuk menghargai topper lain. 

Hal ini terjadi tidak lain karena menghargai seseorang itu sulit

Kapan pun itu, karena dengan cara tertentu (dalam pikiran kita) seperti mengakui bahwa orang lain setidaknya sama ahlinya dengan diri kita sendiri itu sulit. Atau dengan kata lain, penghargaan tidak mudah ketika kita menghargai seseorang yang merupakan saingan kita atau saingan potensial yang dapat (didalam pikiran) akan menjatuhkan/menggeser posisi kita, padahal mungkin saja tidak, bukan?

Jadi, jika seseorang menganggap (pada tingkat bawah sadar) seseorang sebagai saingan atau saingan potensial dalam bidang apa pun, maka menjadi sulit untuk menghargainya. Karena itu tidak hanya akan mendorong orang lain tetapi juga berarti bahwa kita mengakui bahwa dia menjadi lebih baik sehingga kita melemparkan pujian, sesuatu yang tidak dapat diterima oleh diri kita yang kompetitif. 

Iya benar, secara natural, diri kita ini memiliki jiwa yang kompetitif

Ditambah rasa ego yang terkadang tidak ingin dikalahkan, selalu ingin menjadi yang paling superior, padahal bukan. Seperti yang sebelumnya saya tuliskan dalam blog saya mengenai efek “Merasa Pandai”. 

Itu sebabnya seorang guru tidak memiliki masalah dalam menghargai siswa, atau seorang manajer tidak memiliki masalah dalam menghargai karyawannya, karena mereka bukan saingan atau saingan potensial. 

Selain itu orang yang sulit menghargai orang lain padahal sudah berjasa dalam hidupnya juga disebabkan karena orang tersebut selalu berpikir negative, memiliki rasa iri hati yang tinggi akan pencapaian orang lain bukan malah merayakan bersama atau sesederhana karena mungkin sebagian besar orang merasa puas mengkritik daripada memuji orang. 

Apa pun alasannya jangan repot-repot, dari pada selalu mengkritik tanpa solusi. Lebih baik bersama-sama kita saling menghargai dan mendukung untuk mencapai keberhasilan.

You Might Also Like

0 komentar

Paling Banyak Dibaca

Subscribe