#2[Wid Review] Device-Free Time is as Important as Work-Life Balance

Senin, Februari 11, 2019



Beberapa waktu lalu saya membaca survei yang mengatakan, kita rata-rata mengambil Handphone setidaknya 1500 kali seminggu. Itu artinya 214 kali sehari. "Tidak mungkin" banyak sekali!

Kemudian dengan Handphone yang memang cukup cerdas ini bahkan sekarang kita ternyata bisa menganalisa berapa kali/jam kita menggunakannya. Ayo dicek ayooo…. 

Pernah gak kalian mencoba untuk seminggu saja misalnya, bentar coba deh sehari saja untuk tidak mengecek handphone? Gimana rasanya? 

Susah, Memang!


Perlu saya akui ini memang tidak mudah meningat kita selalu menggunakan HP dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi jarak jauh sampai pada urusan pekerjaan ditambah dengan banyaknya sosial media yang senantiasa membuat kita selalu ingin tahu “What’s going on”. 

Tidak jarang saya menemui banyak sekali rekan/teman sepergaulan gimana dia pernah muter balik gara-gara sadar handphone nya ketinggalan ketika mau ke kamar mandi. Padahal, kalau dipikir-pikir, ke kamar mandi juga ga bakal main hape. Ga bakal main instagram, ga berencana telfon pun, ga ada kan? Cuma uda jadi reflek saja. Kemudian bahkan sering kali seseorang akan gelisah dan kebingungan ketika handphone ketinggalan dirumah atau lupa taruh dimana. 

Pernahkah kalian merasakan hal serupa?


Setiap menit mengecek HP padahal tidak ada notifikasi yang masuk, atau malah mengecek jumlah likes dan comment saat memposting sesuatu. Inilah yang disebut dengan Addiction terhadap HP yang berlebihan. 

Padahal, jika disadari, addiction pada HP ini terutama scrolling di social media yang tidak hanya satu, tetapi dari FaceBook kemudian loncat ke Instagram, update di Snapchat, Check in di Path, chat berantai di WhatsApp dan Line, re-tweet di Twitter dan balik lagi ke FaceBook. Begitu seterusnya sampai kita tidak menyadari ternyata 1 jam telah lewat hanya untuk mengecek tanpa ada informasi yang berarti yang kita dapatkan selain mengetahui kehidupan orang lain yang “terlihat bahagia”. 

Mungkin saja waktu 1 jam tersebut bisa kita manfaatkan untuk bercengkrama dengan keluarga dan atau istirahat setelah padatnya deadline pekerjaan/tugas kuliah. Atau mungkin membaca buku yang sekiranya bermanfaat dan memberikan ilmu baru serta mempelajari skills yang baru. 

Tidak sulit tetapi kadang melawan diri-sendiri yang kerap kali sudah terlanjur nyaman dengan aktivitas ini, maka untuk lepas butuh proses yang sama sekali tidak instan. 

Berdasarkan artikel yang saya baca dari Charlotte Lieberman, seorang penulis dan editor di New York, Summa Cum Laude Sastra Inggris Harvard University. membagikan pengalamannya dalam sebuah tulisan yang epik dan sederhana. Saya mencoba untuk mereview dan menuliskan kembali cara sederhana untuk dapat break dan melepaskan sedikit demi sedikit addiction dari dunia maya ini terutama kebiasaan mengecek/menggunakan HP saat tidak terlalu penting, kemudian yang dapat menimbulkan ketidakproduktivan saat bekerja. Mengalami kelelahan yang sebenarnya disebabkan oleh informasi-informasi yang tidak penting-tanpa disadari masuk dalam pikiran kemudian mempengaruhi kondisi tubuh. 

Saya sudah pernah mempraktikannya mulai dari dua tahun lalu (pertengahan 2017) ketika lulus dari universitas, kemudian tahun lalu (2018) dan awal tahun (2019) ini saya bahkan bisa detox dan off dari sosial media selama kurang lebih satu bulan dan bahkan tidak menggunakan HP selama program meditasi saya yaitu 2 mingguan. 

Kegiatan ini saya rasakan positif untuk dapat membuat kita fokus dan juga lebih sayang terhadap diri-sendiri mengingat di sosial media, hal-hal yang kita konsumsi merupakan kekotoran-kekotoran yang dapat membingungkan bahkan membuat pikiran kita tersesat. Maka penting untuk memilah dan jika dipertimbangkan kembali waktu ini dapat digunakan dengan hal-hal yang lebih positif seperti membaca lebih banyak buku, bertemu dengan teman-teman dan keluarga. 

Berikut beberapa hal sederhana yang dapat kalian coba untuk menjadi lebih fokus:

Ketika Tidur. Ketika mau tidur, idealnya kita berusaha merilekskan pikiran. Nyatanya, kita lebih sering menghabiskan waktu melihat timeline. Awalnya, Charlotte mencoba membatasi jam sekian harus tidur. Ternyata gagal. Akhirnya dia membeli alarm manual dan meletakkan jauh hp nya. Hasilnya, dia lebih banyak merenung di tengah kegelapan dan matanya capek karena berpikir, bukan karena sinar hp yang biasa melukai matanya 


Ketika Makan. Biasanya, orang makan sambil membaca pesan yang tidak sempat dibuka ketika jam kantor. Charlotte mencoba tidak membuka hape ketika sedang makan. Alhasil, ia merasakan lebih bisa mengunyah lebih hati-hati, makan lebih tenang, dan lebih menikmati makanan. Kepuasan dan kenikmatan jam istirahat lebih ia dapatkan. 


Ketika Berjalan. Orang juga sering memegang hp atau device ketika sedang berjalan. Tujuannya efisiensi waktu (katanya). Charlotte mencoba meninggalkan hape ketika ia keluar rumah. Pengalaman yang ia dapatkan adalah ia terus dihantui pikiran tentang hal-hal yang harus dilakukan selama ia meninggalkan rumah. Namun ia merasa bahwa kemampuan berpikir dan mengingatnya menjadi kembali terasah. Selama ini, ia selalu menggantungkan catatan di kalender hp. 



Tiga waktu di atas merupakan waktu yang bisa kita coba untuk menjauhkan diri dari device dan mengurangi ketergantungan terhadapnya. Nyatanya, kadang memang kita terlalu tergantung pada mereka. Sampai pada waktu-waktu yang sebetulnya tidak terlalu membutuhkan mereka. Selamat mencoba!



You Might Also Like

0 komentar

Paling Banyak Dibaca

Subscribe