8 Hal Yang Saya Harap Ketahui Lebih Awal Sebelum Lulus Sarjana

Rabu, Mei 11, 2022


1. Perencanaan Karir Sebelum Bertoga


Hal pertama yang mungkin menjadi perhatian saya selepas Sarjana adalah kenyataan bahwa saya merupakan lulusan dari kampus yang biasa-biasa saja dari wilayah timur Indonesia. Ribuan bahkan jutaan lulusan Sarjana dengan jurusan yang sama pun harus menerima kenyataan bahwa mereka dan saya akan bersaing kembali untuk mendapatkan pekerjaan.

Sayangnya, saya menemukan banyak sekali lulusan sarjana baru yang kebingungan pasca lulus dan tidak tau harus kemana, disamping itu terdapat fenomena dimana kita cenderung tidak percaya diri terhadap perencanaan karir yang kita miliki (cita-cita atau mimpi pribadi). Walaupun saya sudah mengetahui apa yang akan saya lakukan sewaktu lulus kuliah, saya juga mengalami kebingungan apakah saya akan memutuskan mengambil jalan karir tersebut atau tidak, ternyata saya juga mengalami kebingungan ketika terdapat kesempatan yang baru. Apalagi waktu itu, selepas lulus saya langsung bertolak ke Jepang untuk mengikuti Short Program dan lanjut dengan Magang hingga hampir 1 tahun.

Dengan kenyataan hidup bahwa setiap pilihan seberapapun kelihatan bagusnya suatu karir, semua ada konsekuensinya. Yang paling lumrah adalah jauh dari keluarga dan harus menjalani hidup pada lingkungan baru. Jadi, menurut saya pribadi, sejak dari SMA kita harus mantap akan karir yang akan kita lakukan sebelum memilih untuk kuliah di Universitas, Politeknik, Kedinasan, atau Sekolah Pariwisata dengan gambaran kemana setelah melewati kehidupan kuliah?. Sedih memang, apalagi menemukan banyak berita akhir-akhir ini bahwa banyak pengangguran terdidik ditambah dengan masa pandemi Covid-19 yang membuat lapangan pekerjaan semakin terbatas.

Jadi sayapun sepakat bahwa, memiliki mentor sangat penting dari sejak dini. Seperti orang tua yang membantu mengarahkan dan mengetahui potensi anak, namun benar memang tidak semua anak beruntung memiliki orang tua yang menyadari serta memiliki kapasitas seperti ini. Rasanya bisa kuliah saja sudah sangat bersyukur, jadi manfaatkanlah dengan baik.



2. Semua Orang Bisa Sekolah Master & Doctor Degree selepas sarjana, Balik lagi untuk apa? Pengembangan Karir, Peningkatan Kapasitas diri atau Pelarian?


Selepas lulus sebagai Sarjana, saya mengakui bahwa diri saya pun menjadi bagian dari “latah” untuk langsung menempuh pendidikan S2 bahkan waktu itu saya langsung mendaftar beasiswa sebelum menerima ijazah resmi. Memiliki banyak kenalan dimana, hampir semua menempuh jalan S2 selepas lulus dimana beberapa dari mereka melakukan itu untuk pelarian karena belum mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkan. Mungkin saya pun begitu, entahlah, Ekspektasi waktu itu, dengan saya mengenyam pendidikan S2 di Luar Negeri, ketika pulang ke Tanah Air, saya akan mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang lebih baik dan menjanjikan.

Ternyata saya keliru.... apakah ada yang sepakat dengan saya?

Buat saya pribadi, saya baru menyadari bahwa akses terdapat master dan doctor degree itu tidak sulit sama sekali, apalagi dengan tanpa beasiswa. Siapapun bisa menempuh pendidikan S2 jika mereka memiliki cukup waktu dan dana untuk mendukungnya.

Namun, sayang sekali banyak yang ketika sarjana merasa salah jurusan, malah melanjutkan kesalah-jurusan tersebut ke jenjang master perkara sulitnya mencari lapangan pekerjaan, dan kemudian berpkiran bahwa dengan S2 akan bisa menjadi dosen sebagai pelarian dulu, Entah honor di kampus negeri atau swasta dulu sebagai batu loncatan. Terutama jika selama kuliah hanya fokus berkuliah dan mengejar nilai dengan tanpa melihat betapa banyaknya kesempatan diuar sana, tapi udah terlanjur lulus tanpa skills yang dibutuhkan oleh pasar, sehingga takut untuk keluar dari pasar dan memilih menetap di lingkungan kampus. Memang untuk rumpun ilmu saintek rata-rata memiliki hard-soft skills yang spesifik dibutuhkan tapi bagaimana dengan rumpun ilmu sosial?

Rasanya menjadikan S2 sebagai pelarian sah-sah saja daripada harus menganggur dan diam di rumah saja tambah stress nanti ditanyain tetangga mulu kok belum kerja, kapan nikah, dan lain sebagainya. Betul gak tuh?

3. Pentingnya Dopamine Detox Dan Bersahabat Dengan Sosial Media


Well done, ini merupakan keputusan yang apik menurut saya. Selain dapat menjaga kesehatan mental dengan baik, berpuasa sosial-media dan membatasi pertemuan dengan orang lain dapat membuat diri-sendiri jadi tetap fokus dan on track dengan mimpi serta cita-cita.

Saya rasa tidak perlu menjelaskan lebih detail mengapa dan bagaimana karena hal ini banyak juga dibahas diluar sana. Manfaatnya bisa dirasakan sendiri. Saya mulai partial detox sosial media sejak lulus kuliah dan mengulanginya kembali saat pandemi. Hal ini sangat membantu saya untuk kembali bahagia dengan diri saya sendiri. Kadang pikiran terlalu sibuk, bahkan lebih sibuk dari diri-sendiri sehingga pada akhirnya membuat diri-sendiri jadi tidak bersemangat menjalani hidup.

4. Bisnis Semenjak Kuliah (a.k.a. Sedini mungkin)


Memulai bisnis semenjak kuliah tentu akan jauh bermanfaat. Apalagi setelah kuliah belum ada tujuan karir akan kemana dan bagaimana. Menjalani bisnis apapun itu, tidak harus besar dulu. Menjalankan bisnis online pun akan sangat membantu dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang dapat menjadi bekal ketika memasuki dunia kerja. Hal ini tidak hanya dapat membantu kita dalam urusan financial tetapi juga untuk menjaga produktivitas agar tetap waras selama mencari pekerjaan. Saat ini saya memang telah memiliki usaha kecil-kecilan yang bisa dilakukan dari rumah, namun, terdapat sedikit penyesalan mengapa saya tidak memulainya lebih awal.

5. Tidak Mengikuti Organisasi Terlalu Banyak


Mungkin ini penyesalan paling terbesar dalam hidup saya. Entahlah apakah kuliah sedikit membosankan menurut saya waktu itu. Saya jadi memiliki banyak waktu untuk mengikuti berbagai kegiatan organisasi dalam dan luar negeri. Mengikuti berbagai forum nasional dan internasional. Bahkan, menjadi perwakilan provinsi sampai kampus untuk pertukaran mahasiswa, dengan dalil ekspektasi memperluas jaringan/networking. Networking memang bagus saya akui tetapi kalau tidak tepat atau linier dengan tujuan karir sepertinya hanya hahahihi saja. Memang benar pengalaman itu sangat berharga tetapi jangan sampai membuang waktu yang telah diinvestasikan tersebut hanya untuk mencari pengakuan. Lebih baik waktunya dipakai mempelajari skills baru yang dibutuhkan oleh pasar (coding atau investasi saham misalnya) walaupun tidak relevan dengan pekerjaan atau jurusan. Percayalah itu akan jauh lebih bermanfaat dalam menambah percaya diri untuk hidup yang lebih mandiri. Jadi, jika diberikan kesempatan kembali saya akan memilih mengikuti berbagai bootcamp atau pelatihan singkat untuk memantapkan skills demi karir yang lebih cermelang atau mengikuti organisasi level nasional yang benar-benar berisi orang yang saling mengisi bukan orang-orang ambisius yang hanya ingin mendapatkan pengakuan semata, apalagi sama kaum-kaum yang hanya ingin update story pencapaiannya yang gak seberapa.

6. Fokus Lebih Serius Dengan Passion Daripada Teori Di Kelas


Rasanya begitu besar manfaat yang saya dapatkan dari mempelajari sesuatu yang dibutuhkan oleh pasar jauh sebelum lulus kuliah. Jika saya diberikan kesempatan mengulang kembali, saya pasti akan lebih mengoptimalkan kesempatan dan kemampuan dibidang tersebut. Sebagai contoh, saya memang sangat menyuai angka, sehingga menjadi Data Analyst begitu menyenangkan. Semenjak kuliah saya aktif mengikuti seminar dan pelatihan, walau tidak banyak, saya bisa “menjual” skills ini disamping pekerjaan penuh waktu. Rasanya akan sulit untuk bertahan dan berjuang apabila hanya mengandalkan teori yang didapatkan di kelas, dari pengalaman pribadi melihat kebutuhan pasar selepas kuliah terutama di jurusan yang terlalu spesifik dan terkotak-kotak lapangan pekerjaannya. Tidak menemukan jati diri passion saat kuliah memang akan sangat membingungkan ketika sudah lulus. Tidak hanya bisa mengantarkan pada jalan karir yang bikin gak nyaman dalam waktu yang tidak singkat, tetapi juga akan menyebabkan ketidakstabilan finansial selama seperempat abad umur kita. Jadi, alangkah baiknya rajin-rajin mengenali diri-sendiri dengan baik sehingga tidak akan dikacaukan dengan pencapaian orang lain yang “terlihat” wah. Serius pada apa passion tersebut dan jalani dengan sungguh-sungguh. Ikigai Jepang bisa menjadi salah satu gambaran yang dapat membantu mem-plot-kan passion, karir, dan kegemaran kalian.

7. Percaya Diri Dan Growth Mindset


Krisis kepercayaan diri sepertinya memang mendarah daging. Ini yang saya rasakan kepada diri-sendiri dan juga mengamati kebanyakan teman-teman dilingkungan sekitar. Padahal banyak yang mampu untuk lebih dalam melakukan sesuatu hal, namun, banyak orang yang merasa inferior. Hal ini juga dipengaruhi oleh growth mindset yang masih rendah. Padahal, kemampuan growth mindset ini akan sangat membantu dengan cepat dalam penyesuaian diri dimana saja. Kalau saja, saya memahami bahwa tidak ada orang yang benar-benar peduli sama diri kita sendiri selain diri kita. Saya pasti akan lebih berani untuk tampil. Inget ya skills overthingking sama sekali tidak bermanfaat.

8. Rajin dan Hadir Penuh Untuk Meditasi


Tidak perlu diragukan lagi bahwa meditasi tidak hanya bisa membuat pikiran menjadi lebih terkendali tetap juga dapat memperbaiki fokus dengan sangat baik. Saya merupakan pecinta meditasi namun saya baru benar-benar serius ketika lulus kuliah, Tidak hanya membau untuk lebih mengendalikan diri tetapi juga fokus terhadap apa yang akan dijalani selepas kuliah. Banyak referensinya dan saya buktikan sendiri, apalagi ditambah lebih rajin olahraga.

You Might Also Like

0 Comments

Paling Banyak Dibaca

Subscribe