Mengapa Jepang Begitu Maju?

Rabu, April 24, 2019



Tahun 2014 adalah pertama kalinya saya mengunjungi Jepang dalam sebuah program pertukaran mahasiswa. Pada waktu itu saya belajar di dua kampus ternama di Jepang khususnya mempelajari dunia penelitian dan juga budaya sosial kaitannya dengan sebuah proyek penelitian yang sedang saya ikuti di kampus. Pada waktu itu, saya masih semester 3 di sebuah kampus negeri di Bali yang kebetulan sedang bekerjasama dengan dua kampus tempat saya mengikuti pertukaran, jadi kegiatannya ya sebagian besar di kelas dan laboratorium. 

Rasa kagum yang masih terngiang sampai di tanah air, tidak pernah saya duga di tahun 2015, saya kembali lagi mengunjungi Jepang, 2016 sebenarnya saya mendapat kesempatan untuk ke Negeri Sakura lagi namun saya memilih untuk fokus mengerjakan skripsi saya dengan harapan sesibuk apapun saya harus lulus tepat waktu dan bisa lanjut ke step berikutnya. Tuhan maha baik, di tahun 2017 saya diberikan kesempatan lagi terbang ke Tokyo, kemudian tahun 2018 ke Kyoto dan sebentar lagi akan kembali mengunjungi Jepang di tahun 2019 ini. 

Chika, sahabat dan buddy terbaik saya yang sekarang tinggal di Canada :)

Keluarga Homestay pertama saya di tahun 2014, yaa mama saya memiliki 5 anak hehe

Ieko, sahabat saya yang super rajin bahkan pernah mengajak saya kerja paruh waktu ditempatnya

Bahagia pastinya, mengingat saya adalah salah satu pengagum budaya Jepang dan juga etika kerja yang sangat disiplin. Tentunya pelajaran dari pengalaman saya sebelumnya membuat saya secara tidak langsung ternyata mempengaruhi cara kerja saya sekarang. Terlepas dari dark circle Jepang yang dikenal sangat keras dalam bekerja sampai katanya seperti tidak memiliki kehidupan ini, tentunya bisa kita petik beberapa hal positif didalamnya… 

Jepang yang terkenal dengan teknologi yang serba canggih ini memang sangat perhatian terhadap hal-hal yang detail. Seperti contohnya adalah toilet Jepang yang terkenal cukup rumit dan membingungkan bagi para pengunjung yang baru pertama kali datang kesana. Jangankan yang pertama kali, saya saja terkadang tidak memahami keseluruhan komponen-komponen didalam toilet tersebut yang memang benar membuat penggunanya sangat nyaman. 


Salah satu perusahaan otomotif dimana sahabat saya bekerja

Balik lagi… 

Ketika iseng-iseng saya membaca berbagai artikel, buku dan koran-koran online akhir-akhir ini banyak opini yang menyebutkan bahwa teknologi Jepang terancam akan dikalahkan akibat derasnya teknologi-teknologi dari negara-negara seperti Korea Selatan yang sedang naik daun dengan produk-produk seperti Sony, Sanyo, Panasonic, Samsung atau produk Tiongkok yang dipasaran mulai diminati oleh masyarakat luas seperti Xiomi, Oppo dan lainnya yang banyak berlabel tanda “made in china”

Bahkan dalam buku The Way of Samsung yang ditulis oleh Lee (kaichou) menyebut bahwa negara-negara ini sedang dalam fase mengadopsi manajemen gabungan antara manajemen Jepang yang memprioritaskan kualitas dan manajemen Amerika yang terkenal cepat, klaim mereka bahwa metode gabungan ini adalah faktor keberhasilan mereka merajai pasar terutama gadget. 

Namun, apakah ini benar-benar menjatuhkan Jepang begitu saja? 

Imperium teknologi yang sudah dibangun Jepang dengan disiplin tinggi, semangat inovasi yang mengalir dalam darah dan menempatkan kualitas sebagai prioritas paling utama, tidak semudah itu runtuh. Bahkan teknologi yang super detail ini belum pernah saya temui dimiliki oleh negara-negara lain. Pasar otomotif dan suku cadang, produk transportasi high quality, property dan banyak segmen produk lainnya masih merajai dunia, bahkan di negara saya sendiri, produk transportasi dari Jepang mendominasi pasar. Bahkan produk jasa dan kuliner Jepang juga sudah menjadi satu market dengan keunikan dan seni didalamnya. 

Produk jepang yang sangat detail itu masih banyak diincar oleh pasar. Nama “Jepang” sudah jadi brand untuk produk dengan kualitas tinggi. Inovasi belum hilang dari darah mereka.

Apa yang membuat mereka begitu kokoh dan dikagumi? 

Menurut pandangan saya, mereka sangat menaruh perhatian kepada sesuatu yang sangat detail dan mengedepankan kualitas! 

Apakah kalian pernah membaca Ikigai? Nah.. dari buku tersebut pula semakin jelas bahwa orang jepang sangat identik dengan “Art of Living" yang amat mendalam dalam menekuni sesuatu. Link brief mengenai bukunya bisa diakses disini.

Jika ditelusuri ke titik awal maka kita dapat menemui 2 faktor utama pembentuk Manusia yang berkualitas, yaitu, Pengetahuan (knowledge) dan Keahlian (skill). 

Awalnya ketika saya mendapat kesempatan untuk magang disana, saya benar-benar melihat betapa “pekerja keras” masyarakat jepang itu sendiri. Sampai-sampai saya menangis beberapa kali akibat tidak memenuhi ekspektasi yang tinggi, bukan dari mereka sebenarnya tetapi dari diri saya sendiri terhadap lingkungan yang begitu cukup mencekam karena belum terbiasa. Namun kini? 

Untuk itu, sebagai perwakilan budaya kerja organisasi maju, maka tidaklah salah kalau kita menilik atau lebih tepatnya menganalisa tentang budaya kerja masyarakat Jepang.

Dari yang saya amati dan pelajari selama beberapa kali berkesempatan bergaul, tinggal (homestay), dan juga belajar serta bekerja dengan mereka, saya akan membaginya kepada kalian… 

Catat, Bukukan, Simpan, Semua rapi 


Poin ini adalah yang pertama saya tuliskan karena saya merasa inilah yang membuat mereka benar-benar strict to the direction. Seiring waktu dan pergantian generasi, orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian akan menua dan berhenti. Namun, semua hal yang mereka kerjakan, meskipun hal-hal yang kecil dan sederhana sekalipun didokumentasikan kemudian di simpan dengan sangat rapi. Materi, foto, video dan bentuk rekam lainnya disimpan dengan sangat detail dan rapi, jadi saya tidak heran mengapa mereka bisa melakukan penelitian cohort sampai 15 tahun lamanya dan semua terpublikasi secara berkala dan tercatat rapi. 

Pelatihan mereka terhadap karyawan baru termasuk karyawan magang sekalipun dalam membuat laporan sangat “keras”. Begitulah yang saya lihat ketika magang disalah satu universitas, beruntungnya ketika itu saya memiliki supervisor yang baik tetapi dia begitu santai menjelaskan kepada saya kenyataannya diluar sana jauh lebih “keras”. Kerap kali saya melihat dan menemani supervisor saya memberikan bimbingan kepada muridnya dengan kertas laporan yang telah direvisi semua berwarna merah karena dikoreksi. Sang junior terpaksa berkali-kali memperbaikinya. Itu bukan satu bentuk perundungan, tetapi memang dalam rangka mendidik kata beliau. Silakan lihat ke lemari-lemari dokumen mereka. Laporan kejadian, perbaikan, reparasi dan sebagainya tersimpan rapi, lengkap dan sangat detil dari tahun ke tahun bahkan bulan per-bulan sangat rapi. Kita tidak akan bingung mencarinya karena terorganisasi dengan sangat rapi dengan penomeran yang bisa diakses secara komputerisasi, dan setiap dokumen level manfaatnya tinggi, terlihat tidak dibuat sembarangan. Sehingga ketika saya mencari sebuah buku, petugas di perpustakaan dengan sangat mudah mencarinya, tentu ini akan menghemat waktu kita. 

Dokumen dibelakang saya ini merupakan salah satu yang membuat kagum akan rapinya cara kerja mereka

Bahkan serangga saja benar-benar pendataannya sangat detail seperti ini

Membagi pengalaman dengan mentransfer ilmu 


Tidak hanya pengalaman senior yang mereka bukukan, tetapi segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan akan mereka bukukan secara maksimal hingga hal yang kecil. Tahun lalu ketika atasan saya orang jepang, saya memang tidak terlalu menyukai rapat yang sangat lama dan panjang terkadang menurut saya terlalu bertele-tele tetapi itulah budaya jepang yang detail sampai kepada benar-benar clear

Sampai tata cara langkah per-langkah tata cara kerja di lab pun dibukukan dan ada petunjuk bakunya. Mulai dari bagaimana cara menulis laporan yang efektif dan poin penting minimal yang harus ditulis. Terutama untuk hal yang dasar dan hal-hal yang perlu diperhatikan lebih jauh. Mungkin terkadang kita menulis sesuatu agar hanya terlihat banyak tapi tanpa isi yang berarti. Namun diformat laporan yang disediakan begitu detail dan informatif serta dibatasi halamannya, tentu kita dilatih untuk menyajikan informasi yang tepat dan sesuai dengan yang diinginkan. Bahkan saya pernah dinasehati karena kurang tanda baca, jika ini terjadi pada "angka" maka mati sudah, pungkas senior saya hehe

Saya benar-benar menyukai bagaimana telatennya mereka dalam mentransfer ilmunya




Training, Training, & Training 


Training disini bukan hanya tentang duduk dikelas kemudian mengikuti pelatihan. Namun kegiatan training sesungguhnya yang dilakukan oleh pelaku organisasi di Jepang adalah menyertakan junior (orang-orang yang baru masuk atau belum berpengalaman) bersama seniornya untuk ikut banyak pekerjaan.

Memperlihatkan dan menjelaskan pada mereka secara detil kemudian memberi kesempatan pada junior untuk melakukan pekerjaan sendiri dengan di bawah pengawasan hingga akhirnya junior ini memiliki skill dan bisa bekerja mandiri. 

Senior memiliki kemampuan mengajarkan secara bertahap, mampu menjelaskan secara detil, mengajarkan trik-trik khusus dalam bekerja dan sudah tentu mengajarkan manual yang telah mereka buat sebelumnya. Ini saya amati ketika salah satu junior supervisor saya terus mendampingi saya ketika supervisor saya 3 bulan lagi akan mendapat promosi ditempat tersebut. Jadi training ini bagi karyawan baru membutuhkan waktu berbulan-bulan sampai benar-benar mandiri dan dipercaya penuh oleh perusahaan. 

Akhirnya setelah beberapa hari saya bisa membuatnya walaupun masih jauh dari kata "sempurna" hehe

Done and What’s next?


Pola pikir yang membuat kerja mereka cepat adalah ketika mereka selesai mengerjakan sesuatu mereka akan langsung bertanya apa selanjutnya yang harus dikerjakan, mereka mengenyahkan sikap saling menyalahkan dan saling lempar tanggung jawab jadi benar-benar diselesaikan dengan tuntas, tassss tassssss. Pada hakikatnya mereka memahami bahwa masalah wajar saja muncul di tengah kerja, namun masalah tersebut dianalisa bukan untuk mencari siapa yang bersalah tetapi dicari jalan keluar bersama. 

Setiap bagian memperjelas tanggung jawabnya masing-masing sehingga mereka jelas apa yang harus dikerjakan, ketika terbentur masalah dengan segera dikomunikasikan dengan atasan atau pihak-pihak terkait. Pola pikir ini dibekali dengan kemampuan bertanya yang baik, dan pekerja yang melakukan pekerjaan harus merekam pekerjaannya dalam bentuk data, dan yang lainnya secara detil dan akurat. Jadi tidak heran lagi saya melihat ketika salah satu karyawan dikoreksi didepan karyawan lain, hal ini sudah sangat biasa dan sering terjadi. 

Karyawan menangis setelahnya juga merupakan hal yang wajar dan sering saya lihat. Jadi mungkin bebannya lebih kepada rasa malunya kali yaa bukan kepada beratnya koreksi yang dikeluhkan oleh bos. 

Rasa ingin tahu yang tinggi dan googling-googling-searching


Saya pernah di-skak-mat oleh teman-teman saya ketika saya bertanya mengenai sesuatu “googling it or learn it through YouTube”. Langsung sakit hati memang… Sejak saat itu, saya jarang sekali bertanya tetapi memilih untuk mencarinya terlebih dahulu di internet. Jadi yang saya pelajari adalah mereka akan malu mengajukan pendapat, menjawab sesuatu, melaporkan sesuatu yang terkait pekerjaan kalau tidak ada dasar yang valid (terpercaya). Baik itu data hasil pengukuran, materi yang detil dan akurat maupun pengalaman kerja orang-orang yang kompeten. 

Kata “coba saja dulu” yang banyak terlontar dari pekerja Indonesia sulit ditemui di Jepang. Mencoba tanpa dasar dan asumsi yang kuat adalah awal dari kesia-siaan. Selalu ada hal yang bisa terlebih dahulu dipersiapkan, digali lebih dalam agar apa yang akan kita lakukan selalu didasari oleh pemikiran yang kuat dan runut, jadi tidak ada hal-hal yang terbuang termasuk tenaga dan waktu. 

Perencanaan yang Matang 


Sejak awal mereka dilatih untuk membuat rencana yang matang sebelum bekerja. Bagi mereka gagal menyusun rencana sama saja dengan merencanakan kegagalan. Tidak hanya pekerjaan besar, pekerjaan-pekerjaan kecilpun mereka dibiasakan untuk merencanakannya terlebih dahulu. 

Mereka memprediksikan lebih dulu kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan dihadapi sehingga mereka juga mempersiapkan beberapa langkah alternatif ketika jalan pertama yang ditempuh tidak berjalan. Jadi benar-benar dipikirkan apa yang akan terjadi sampai pada step pekerjaan tersebut selesainya akan seperti apa dan bagaimana pada akhirnya. DETAIL 

Dorm yang cukup terorganisir walaupun tidak ada satpam

Dokumentasi hal-hal yang bersejarah yang cukup impressive 

Hubungan Senior & Junior 


Jepang salah satu Negara yang kental dengan senioritas. Mungkin tidak terlalu berlaku bagi saya waktu itu, tetapi beberapa kali teman saya bertanya kenapa saya begitu berani merangkul bahu senior (di kampus waktu itu) saat berfoto bersama. Begitulah disana… 

Senior dan Junior sangat jarang terlihat sangat akrab. Yang muda patuh pada yang tua. Sistem ini sudah menjadi sistem keseluruhan masyarakat Jepang, yang senior wajib mengajari juniornya dan berhak dihormati. Sangat jarang saya temui Senior akan belajar kepada Juniornya. Junior wajib menghormati dan mengikuti dan berhak untuk diajari. Budaya ini ketika dibawa ke negeri kita saat ini mungkin akan bias cukup besar. Cenderung dibawa ke arah negatif. Bukannya mengarah pada pengajaran, pelatihan dari senior ke junior, alih-alih dibawa ke arah perundungan. Namun dinegara mereka ini sangat berpengaruh terhadap etika kerja. 

Senior-Junior ini mungkin tidak berlaku kepada saya yang merupakan "orang asing" jadi sangat mudah bagi saya untuk bergaul dan makan siang bersama dengan supervisor saya sendiri

Salah satu coffee shop terkenal di dekat kampus yang dikagumi karena penyajiannya yang unik dan rasanya yang legendaris

Kemampuan komunikasi dan negosiasi yang canggih dan terlatih  


Bagi yang pernah belajar di jepang atau setidaknya tinggal di Jepang dalam waktu yang agak lama akan tahu bahwa sejak pendidikan dini mereka diajarkan (dari sekolah dan lingkungan) bagaimana cara berkomunikasi yang baik, dimulai dari cara berbahasa berdasar lawan bicaranya, cara meminta tolong yang baik, cara menyampaikan sesuatu yang tidak menyinggung orang lain, dan sebagainya. 

Dengan kemampuan komunikasi ini sangat meminimalisir perselisihan saat bekerja dengan orang lain. Yang juga berefek positif terwujudnya kerjasama yang baik dan lingkungan kerja yang ringan untuk berkomunikasi. Jadi saya menemukan bahwa orang jepang yang terkadang sulit untuk ditebak, ketika di dunia kerja, mereka begitu direct dan cekatan. 

Profesionalisme yang Mantap


Orang jepang tergolong orang yang secara rata-rata memiliki personal space yang cukup besar. Dalam bergaul mereka jarang melakukan skin ship, atau berdekatan dengan jarak mungkin lebih dari minimal 1.2 meter. Apalagi ketika berdekatan dengan orang baru, orang yang tidak disukai mereka sebagian besar memilih untuk mengambil jarak. 

Tetapi, beda bahasan ketika mereka masuk di dunia kerja. Emosi pribadi selalu dijadikan urutan terakhir mereka. Personal space yang mereka miliki harus menyesuaikan pada aturan dan profesionalisme kerja. Mereka tidak membawa urusan pribadi di kantor, jarang ditemui orang Jepang yang curhat masalah pribadi di kantor, kalau boleh dibilang itu juga salah satu hal tabu bagi pekerja di sana. Sehingga saya pun cukup kaget waktu itu ketika salah satu teman saya yang sedang berduka tiba-tiba muncul dan tidak absen sama sekali. 

Ontime saja sudah termasuk telat 


Jadi ini yang saya pilih sebagai penutup budaya kerja orang jepang yang membuat banyak kalangan menjadi kagum. Budaya Tepat Waktu. Jadi saking tepat waktunya, sewaktu saya berkesempatan mengikuti rapat, padahal saya dan supervisor masuk ke ruangan kurang dari 5 menit dari yang dijadwalkan tetapi semua orang sudah rapi duduk menunggu pemimpin rapat datang.

Jadi berdasarkan keterangan dari supervisor saya sendir, memang menjadi intime itu merupakan suatu kewajiban mengingat menjadi tepat waktu itu merupakan salah satu cara kita menghormati seseorang. Tepat waktu ini juga sangat berlaku untuk deadline kerja. 













Terlepas dari po-kontra budaya kerja mereka, namun hal-hal yang saya bagikan ini tentunya bisa kita adopsi untuk menjadi lebih disiplin di kehidupan sehari-hari yang pastinya sangat bermanfaat untuk menjadi lebih produktif dan bekerja secara lebih efektif tentunya. 

You Might Also Like

0 komentar

Paling Banyak Dibaca

Subscribe