SSEAYP Journey 4 (Homestay Program in Myanmar)
Minggu, Januari 05, 2020
Setelah berlayar selama dua hari, kami akhirnya sampai di Port of Yangon pada siang hari.
Sore harinya, kami bersiap dan menuju ke Sule Shangri-la Yangon untuk mengikuti upacara penyambutan. Pada hari penyambutan ini, untuk pertama kalinya kami mengenakan attire B1 (National Costum) yaitu berasal dari Provinsi Bali.
Mengenakan attire B1-1 di acara penyambutan PYs di Sule Shangri-la Yangon |
Couple 12 (Haekal & Widia) |
Homestay di Myanmar kali ini, saya dipasangkan bersama Natcha (TPY) dan kami tinggal bersama host mom kami bernama Tin Tin Hmun yang tinggal bersama adik laki-laki dan kakak perempuannya. Jadi ketiganya memutuskan untuk tidak menikah dan tinggal bersama di rumah dinas yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan di Myanmar. Jadi host mom kami adalah seorang profesor sebuah universitas di Myanmar yaitu Western Myanmar Univerity, beliau adalah seorang profesor mata kuliah filsafat dan kebahasaan. Jadi setiap profesor sebuah universitas akan mendapat sebuah rumah bertingkat dengan profesor lain dalam universitas yang sama. Selain itu, para profesor juga mendapatkan fasilitas bus untuk berangkat bersama dan pulang sehingga menurut saya fasilitas ini sangat baik dan membantu para profesor.
Mama Tin Tin Hmun & Natcha (TPY) |
Kami beruntung bertemu dengan teman baru selama homestay yaitu si kembar Naing Aung & Htet Paing Aung (Host dari Mariuz (PPY) & Manan (IPY) |
Walaupun kami tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena language barier, tetapi kami sangat menikmati hari-hari kami di Myanmar. Selain menghabiskan waktu bersama keluarga, kami juga pergi berkeliling dengan tetangga kami di lantai 4, saudara laki-laki kembar yang juga merupakan host family dari Mariuz (PPY) dan Manan (IPY) kami secara tidak sengaja bertemu di lift lantai bawah dan kami memutuskan untuk ikut berkeliling di malam hari menuju taman dan BKK Night Market. Makanan di BKK Night Market sangat bervariasi dan enak sekali.
BKK Night Market, pasar malam yang asik dan menyenangkan. |
Makanan tradisional Myanmar yang terbuat dari daging babi yang sangat enak. |
Unik, snack ubi rebus ini dimakan dengan minyak goreng. |
Ini yang paling menggiurkan ketika berkunjung ke Myanmar, rujak mangga. |
Blakon rumah mama kami di lantai 7 Pro 1, B-702 Hlaing Township |
Pemandangan dari blakon rumah ketika sunset tiba. |
Pemandangan dari jendela kamar ketika sunrise tiba. |
Keesokan harinya kami bersama keluarga menuju Kaya Padegon Pagoda, Swadegon Pagoda, dan Bogyoke Central Market untuk membeli long ji (kain tradisional myanmar). Di Pagoda, kami mengikuti tradisi cara ibadah umat Buddha. Kami menyirami buddha ditempat hari kelahiran kami dan berdoa bersama. Walaupun saya bukan beragama Buddha, tetapi dengan mendapat pengalaman hidup layaknya masyarakat lokal sangat menyenangkan.
Setelah itu sore harinya kami memutuskan untuk kembali mengunjungi BKK Night Market. Singkat tetapi sangat mengesankan ketika selama perjalanan, walaupun ditengah-tengah kemacetan, kami tetap bisa bercerita dan saling tukar background masing-masing. Kami juga pergi hanya dengan 1 mobil dengan 7 orang, jadi 1 orang lagi harus duduk dibagian belakang, kenangan ini akan selalu hidup dalam benak saya. Terima kasih Myanmar, singkat tapi sangat bermakna!
Kepercayaannya, jika kita membasuh Buddha sebanyak umur kita, maka hal-hal buruk dalam diri kita akan hilang sehingga hal-hal baik akan datang. |
Setelah itu sore harinya kami memutuskan untuk kembali mengunjungi BKK Night Market. Singkat tetapi sangat mengesankan ketika selama perjalanan, walaupun ditengah-tengah kemacetan, kami tetap bisa bercerita dan saling tukar background masing-masing. Kami juga pergi hanya dengan 1 mobil dengan 7 orang, jadi 1 orang lagi harus duduk dibagian belakang, kenangan ini akan selalu hidup dalam benak saya. Terima kasih Myanmar, singkat tapi sangat bermakna!
Shwedagon Pagoda bersama mama Tin & Natcha |
Satu mobil ber-7 haha |
BKK Night Market |
Setelah mengikuti program homestay selama 2 hari, kami lanjut mengikuti kegiatan institutional visit menuju University of Culture. Di universitas ini kami disambut dengan tarian dan juga wajah kami dilukis oleh para mahasiswa jurusan seni & budaya disana.
Selain itu keseruan berlanjut dengan membuat kue tradisional khas Myanmar. Kue ini tebuat dari tepung dan dibentuk sesuai selera dimana didalamnya bisa kita tambahkan gula merah. Kemudian kue ini direbus, setelah matang ditaburi dengan parutan kelapa. Enak dan manis!
Tarian penyambutan dan musik yang khas dari Myanmar. Kami juga ikut menari bersama. |
Bersama cabin-mates saya (Chaw-MyPY & Cass-SPY) |
Wajah kami dilukis dan sebagai kenang-kenangan kami membawanya pulang. |
Membuat kue tradisional Myanmar yang terbuat dari tepung dan gula seperti klepon. |
SG-C di University of Culture |
Myanmar memiliki tempat tersendiri di hati saya, dipasangkan dengan host-partner yaitu Natcha (TPY 46), kami berbicara mengenai bagaimana kami mencintai cara hidup Siddhartha Gautama (Buddha). Kami saling berbagi budaya dan percaya dengan hal-hal positif yang terjadi di sekitar kami. Saya telah belajar sesuatu yang tak ternilai dalam waktu singkat di Tanah Emas Myanmar ini.
Terima kasih mama Tin Tin Hmun sudah merawat kami berdua seperti putrimu ^^ Tempat yang bagus, budaya yang menarik dan pasti masakan lezat masakan rumahan dari mama Tin.
0 Comments