Arti Menjadi Seorang Hindu #1

Rabu, Juli 13, 2016





Wahhh ternyata sudah memasuki minggu kedua dibulan Juli. Berarti ini tulisan pertama di bulan Juli. Di Bulan ini sepertinya saya tertarik untuk menuliskan pandangan saya pribadi tentang menjadi seorang Hindu. Sebelumnya banyak sekali pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan tentang agama.


Mengapa saya memilih Hindu, mengapa diagama saya menggunakan semacam gelang Tri/Sanga Datu, Berapa banyak Dewa-Dewa yang kami sembah, kenapa menggunakan beras saat sembahyang, mengapa begitu banyak upacara-upacara yang aneh, mengapa kita memuja batu, bahkan sampai sejarah perjalanan agama Hindu di Bali. Sejak dilahirkan dikeluarga Hindu, walaupun ibu saya sebelumnya berada dilingkungan agama lain namun tetap saya menyandang gelar seorang Hinduism.

Begitu juga kalian bukan? 
 
Sebagian besar orang beragama bukan merupakan pilihan namun karena secara langsung mengikuti jejak kedua orang tua sehingga sangat sulit bagi saya menjawab pertanyaan mengapa memilih Hindu disamping karena kedua orang tua. Namun saya memang Hindu sekarang, Hindu Bali yang penuh dengan tradisi kebudayaannya dan bahkan ada yang berkata bahwa agama Hindu di Bali hidup di dunia untuk Tuhan dan Tradisi-Tradisinya.


Nicee….

Jadi sungguh sangat berat bagi saya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah ada yang menyinggung tentang hal tersebut. Apalagi kita di Bali menjalankan tradisi keagamaan seperti halnya orang tua sebelumnya lakukan sehingga tidak begitu mendalami secara menyeluruh. Kebiasaan-kebiasaan yang kita bawa dan wariskan begitulah pandangan saya terhadap agama saya sendiri. Namun saya berterima kasih karena bertemu dengan sahabat-sahabat dari kepercayaan dan agama yang berbeda membuat saya menyadari bahwa pemahaman saya terhadap agama Hindu masih sangat kurang. Karena menyadari hal tersebut saya sekarang mulai sedikit demi sedikit belajar sehingga nanti dapat menjadi sahabat Hindu seutuhnya, walaupun sebenarnya informasi mengenai hal-hal tersebut dapat dengan mudah diakses melalui internet bukan?.

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seseorang teman dari agama yang berbeda. Saya sebenarnya tipe orang yang tidak pernah ingin membahas tentang latar belakang agama yang dimiliki seseorang karena hal itu tidak terlalu penting buat saya. Namun sepertinya teman saya ini sangat tertarik dengan sejauh mana pemahaman saya terhadap agama saya sendiri.


Saya bukan tour guide budaya/keagamaan, bukan juga orang suci agama Hindu sehingga pemahaman saya hanya sebatas hal-hal yang selama ini saya dapatkan di bangku sekolah dan juga keluarga. Sehingga menurut saya pribadi agama adalah urusan saya dan Tuhan sehingga siapapun tidak berhak untuk bertanya hal-hal yang sensitive seperti hal-hal yang mungkin diluar nalar sehingga dalam menjelaskannnya pun akan terasa sangat sulit dan akhirnya terjadi kesalahpahaman.

Senang rasanya jikalau ada seorang teman bertanya tentang agama Hindu dan kebiasaan kita di Bali. Salah satu nilai toleransi yang saya tunjukkan kepada seorang teman adalah belajar dari mereka dari kepercayaan dan kebiasaannya. Saya mengagumi semua ajaran agama karena saya yakin setiap agama mengajarkan hal-hal yang baik bagi umatnya. Sayapun menghormati teman yang berkata bahwa mereka tidak percaya agama apapun. Yaa karena sekali lagi agama dan kepercayaan itu urusan pribadi masing-masing. Bahkan ada beberapa orang yang sempat saya temui berkata bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang tidak pernah berhenti membahas tentang agama. Bertengkar karena sibuk mencari tau agama mana yang paling benar dan tepat untuk warganya sehingga lupa bahwa ada yang lebih penting untuk dibahas salah satunya daerah-daerah dipedalaman yang tidak mendapatkan akses air bersih #Gdubrakknampar.


Ini yang saya katakan bahwa ada saja alasan mengapa kita bertemu dengan seseorang, akan belajar banyak hal. Saya mendapatkan banyak pengetahuan dan pandangan baru tentang arti hidup dan nilai-nilai kemanusiaan dari seseorang yang tidak melabelkan dirinya pada sebuah agama.

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi pengalaman tentang salah satu teman saya yang secara langsung berkata kepada saya bahwa agamanya yang paling baik dan saya lebih baik pindah keagama tersebut karena ajarannya jelas. 
 
Yaa…. saya mengatakan bahwa saya kagum dengan ajaran agamanya karena segala hal diatur sedemikian rupa. Mungkin teman saya ini tidak terlalu puas sewaktu dia bertanya beberapa hal tentang agama Hindu di Bali dan dia seketika menyimpulkan bahwa saya telah salah jalan dengan kebingungan tersebut dan harus segera memikirkan kembali apakah ingin tetap beragama Hindu. Sontak saya kaget dan berdoa dalam hati memohon kepada Tuhan agar tidak tersinggung dengan kata-kata teman saya tersebut.

 
Disinilah saya mulai mengenal seseorang yang dikatakan fanatic terhadap agamanya sendiri. Baguslah jika dia sangat memahami ajaran agamanya namun sepertinya mengatakan seseorang harus pindah agama karena ketidakapahamannya terhadap agama tersebut adalah keliru. Hal tersebut membuat saya semakin mencintai Hindu dan ingin belajar lebih baik kedepannya mungkin memang pemahaman saya kurang dan saya harus belajar. Di keluarga saya pada umumnya bukan hal yang lumrah untuk menanyakan banyak hal tentang agama kepada keluarga sehingga kita hanya mengikuti tradisi secara turun-temurun. Dan hal lumrah yang sering dikatakan “Nak Mule Keto=Memang Begitu” sehingga kita tidak terlalu dalam memahami ajaran agama kita. Tetapi cinta kita terhadap para dewa manifestasi Tuhan kita tidak akan pernah luntur. Kita memiliki keyakinan Tuhan ada dimana-mana, memujanya dimana saja dalam kenyamanan dan mengajarkan kesederhanaan dalam kekompleksitasan ajaran yang dimiliki.


Sebenarnya cara kita memahami sebuah ajaran agama sangat berbeda sehingga saya rasa setiap orang mempunyai batas pemahaman yang berbeda. Inilah salah satu hal yang paling tidak saya sukai “Membahas Tentang Agama Terlalu Dalam” karena sesungguhnya saya tidak ingin pertemanan kita menjadi terasa ada batas ketika kita tau kita berbeda dan karena perbedaan tersebut salah satu dari kita merasa bahwa ajaranmu atau ajaranku yang paling benar. Bukan itu…


Tetapi bagaimana saat kita tau kita dari latar belakang agama yang berbeda kita saling menghormati dan menghargai agama masing-masing. Rasa ingin tau tentang agama orang lain memang menarik namun jika bertanya lebih dalam sepertinya ada orang Suci dari masing-masing agama yang lebih memahaminya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

Nahhh…..

Ditulisan ini saya hanya akan memberikan gambaran apa arti Hindu bagi saya sendiri. Saya akan terus menuliskannya menjadi beberapa bagian, ini adalah bagian pertama dari tulisan tentang arti seorang Hindu bagi saya pribadi. Saya mencintai agama dan ajaran saya karena mengajarkan hal-hal yang begitu Indah begitu pula dengan agama kalian bukan? Saya percaya itu karena sayapun mengagumi setiap agama yang saya ketahui. Karena agama adalah pedoman untuk mencapai tujuan yaitu dekat dengan Tuhan, agama bukanlah tujuan hidup. Bahkan orang tua saya sempat berpesan untuk memilih calon suami yang membuat saya semakin dekat dengan Tuhan. Jadi apapun agamamu itu adalah urusanmu dengan-Nya.

Sebagai umat Hindu kata-kata Tat Twam Asi dan Om Swastyastu pastinya sangat akrab dengan kita. Sederhana namun sarat makna. Ucapan yang saya sukai sejak mengenalnya dibangku sekolah dasar.

“Tat Twam Asi” (Aku adalah Kamu) yang mengajarkan bahwa kita semua adalah bersaudara. Sehingga sayapun melihat semua orang adalah cerminan diri-sendiri. Bagaimana kita ingin diperlakukan, maka perlakukanlah orang tersebut sebagaimanamestinya. Mencintai semua makhluk tanpa melihat latar belakang mereka. Karena kita adalah ciptaan-Nya. Jika kita menyakiti orang lain maka sama saja dengan menyakiti diri-sendiri. Dan “Om Swastyastu”, merupakan salam yang kerap kali umat se-Dharma ucapkan. Artinya adalah mendoakan semoga kamu selalu dalam lindungan-Nya. Yaa.. secara tidak langsung kita diajarkan untuk tidak hanya berdoa untuk diri-sendiri namun juga mendoakan sesama.



Bersambung...







You Might Also Like

0 komentar

Paling Banyak Dibaca

Subscribe