Kuliah Kerja Nyata, Universitas Udayana
Senin, Agustus 08, 2016Keluarga Besar KKN PPM XIII Duda, Karangasem |
KKN
Korupsi Kolusi Nepotisme, bukan….
Kuliah Kerja Nikah, bukan…
Kuliah Kerja Nikung, apalagi…
Kuliah Kerja Nyantai emmmm…
Yang bener itu mah yaa Kuliah Kerja Nyata, Yupss Kuliah Kerja Nyata,
Kerja Nyata yaitu pengabdian masyarakat demi Desa yang lebih baik. Terjun kemasyarakat untuk bersama-sama membangun desa mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tidak terasa sudah dua minggu bersama keluarga baru yang tergabung dalam kelompok KKN PPM XIII Udayana. Teman-teman dari berbagai fakultas bersama berangkat dari kota Denpasar menuju salah satu desa di Duda, Karangasem. Sebuah desa yang pertama kali saya kenal dari seorang teman yang bahkan bukan orang Bali asli. Ketertarikan untuk mengenal lebih dalam desa yang jauh dari perkotaan ini membuat saya ingin menghabiskan waktu selama satu bulan lebih untuk mengabdi bersama dilingkungan masyarakat Selat Duda.
Melihat potensi wisata yang ada di Desa Duda memang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemandangan yang asri dan hijau karena dikelilingi perbukitan bahkan Gunung Agung tertinggi di Bali ini tepat terlihat jelas dari belakang Posko kami setiap pagi. Sebuah Griya milik teman yang berada dekat dengan Kantor Desa Duda. Posko yang menjadi saksi aktivitas kami sehari-hari untuk mengenal lebih jauh satu sama lain dan kegiatan pengabdian untuk beberapa minggu kedepan.
Kuliah Kerja Nikah, bukan…
Kuliah Kerja Nikung, apalagi…
Kuliah Kerja Nyantai emmmm…
Yang bener itu mah yaa Kuliah Kerja Nyata, Yupss Kuliah Kerja Nyata,
Kerja Nyata yaitu pengabdian masyarakat demi Desa yang lebih baik. Terjun kemasyarakat untuk bersama-sama membangun desa mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Tidak terasa sudah dua minggu bersama keluarga baru yang tergabung dalam kelompok KKN PPM XIII Udayana. Teman-teman dari berbagai fakultas bersama berangkat dari kota Denpasar menuju salah satu desa di Duda, Karangasem. Sebuah desa yang pertama kali saya kenal dari seorang teman yang bahkan bukan orang Bali asli. Ketertarikan untuk mengenal lebih dalam desa yang jauh dari perkotaan ini membuat saya ingin menghabiskan waktu selama satu bulan lebih untuk mengabdi bersama dilingkungan masyarakat Selat Duda.
Melihat potensi wisata yang ada di Desa Duda memang belum dimanfaatkan secara maksimal. Pemandangan yang asri dan hijau karena dikelilingi perbukitan bahkan Gunung Agung tertinggi di Bali ini tepat terlihat jelas dari belakang Posko kami setiap pagi. Sebuah Griya milik teman yang berada dekat dengan Kantor Desa Duda. Posko yang menjadi saksi aktivitas kami sehari-hari untuk mengenal lebih jauh satu sama lain dan kegiatan pengabdian untuk beberapa minggu kedepan.
Gunung Agung, Pemandangan setiap pagi sepanjang jalan Desa Duda |
Bersama 17 orang teman yang terdiri dari 12 orang teman perempuan dan 5 orang teman laki-laki. Mereka semua luar biasa, dengan berbagai karakter yang berbeda menghiasi posko beberapa minggu ini, sepi rasanya jika ada yang izin atau harus pergi meninggalkan posko sementara untuk kegiatan tertentu. Dari 17 orang ini, benar-benar bikin nepuk jidat haha. Baru saja kenal beberapa minggu masing-masing terlihat keunikannya. Kami juga punya Papa Mama di Posko. Koordinator Desa sebagai Papa yang mengayomi dan Mama salah satu teman yang pintar memasak dan mendengarkan keluh kesah anggota kelompok lainnya.
Dari yang suka pakai bantal diselangkangan saat tidur dan ngorok, punya potensi mendesign, nonton anime, film korea, gosipin mantan dan caruk-maruk fenomena perselingkuhan, Jomblo Baperan, nelfon ama pacar sampai guling-guling bikin cekikikan sampai suka berfose ala-ala patung saat mau berfoto wkwkkw. Satu lagi teman yang suka membersihkan lumut untuk mengisi waktu luangnya. Unik atau mengherankan ya ? entahlah banyak hal-hal yang membuat KKN yang pertama kali saya ikuti ini menyenangkan walaupun pada awalnya sempat homesick karena tiap malam tidak bisa tidur dengan lelap dan bolak-baik Posko untuk bertemu mentor.
Salah satu isu yang menjadi hangat disinggung karena merupakan hal yang popular saat KKN adalah Cinlok dan Tetiba memiliki gebetan baru… Elahhh kita mah di posko udah kayak keluarga. Layaknya saudara saling ejek-ejekan tanpa sungkan dan menolong satu sama lain. Walaupun teman posko lain yang katanya sih pacaran 5 tahun eh tetiba putus dan punya pacar baru dari KKN yang baru 5 harian. Luar biasa ngeri nih aura KKN apalagi ketika kamu liat suatu fenomena ada orang yang sudah memiliki pasangan tetiba mengaku jomblo untuk menggaet pasangan baru atau melihat dengan mata kepala sendiri adanya perselingkuhan uchhh biasa in aja kali widdd wkwkwkwk.
Yuks fokus jalanin program mengabdi dan bagi yang memang berniat nyari jodoh mah ya monggo gak ada yang larang HAHA. Cuman mah kalau undah taken setia yaa jangan ampe ngebuang kapak demi jarum untuk pedes rasa cabe #aduh *apaan ini perumpamaannya wkwkwk
Udah balik lagi bahas tentang temen-temen. Anw, kita bisa akrab dengan mudahnya saling mengerti satu sama lain dan mengindahkan nilai toleransi serta kerja sama tim yang baik dan nyata sehingga dapat mejalankan program-program pengabdian yang terdiri dari 4 progam pokok dan beberapa program bantu interdisiplin. Beberapa program yang telah kami jalankan selama dua minggu mengabdi bersama masyarakat Duda. Selain beraktivitas untuk lebih mengenal masyarakat kami juga mengisi waktu luang untuk jalan-jalan.
Udah balik lagi bahas tentang temen-temen. Anw, kita bisa akrab dengan mudahnya saling mengerti satu sama lain dan mengindahkan nilai toleransi serta kerja sama tim yang baik dan nyata sehingga dapat mejalankan program-program pengabdian yang terdiri dari 4 progam pokok dan beberapa program bantu interdisiplin. Beberapa program yang telah kami jalankan selama dua minggu mengabdi bersama masyarakat Duda. Selain beraktivitas untuk lebih mengenal masyarakat kami juga mengisi waktu luang untuk jalan-jalan.
Beberapa kali rapat dan rapat.
Bolak-balik kantor desa, Pos Pembantu Kesehatan, rumah kepala dusun, ke Puskesmas 1 Selat untuk rapat kegiatan setiap minggunya. Selain mengakrabkan diri hal ini juga demi kelancaran kegiatan yang akan kami laksanakan kedepannya. Berdasarkan pengalaman, birokrasi di desa Duda tidak begitu rumit namun karena kentalnya budaya Bali disini membuat perangkat Desa sulit untuk ditemui karena menghadiri Upacara Keagamaan.
Program Peningkatan Produksi
Kami bersama anak-anak SDN 1 Duda, SDN 2 Duda, dan SDN 3 Duda mengadakan sosialisasi Tanaman dalam pot, green garden, dan demo langsung menanam tanaman dalam pot. Hal ini guna meningkatkan kesadaran bahwa dengan suasana sejuk dan tanah yang bagus di daerah ini berpotensi untuk mengembangkan sekolah yang rindang. Tanaman dalam pot dapat menghiasi lingkungan sekolah yang asri.
Penyuluhan dan Praktik langsung menanam dalam Pot |
Tim Prasarana Fisik
Program Bank sampah dan Biopori. Desa duda salah satu desa yang belum memiliki pengolahan sampah terpadu. Kaget awalnya melihat didaerah yang masih asri seperti ini kerap sekali banjir jika aliran air dari hulu deras dan sungai tidak dapat menampung air tersebut akibat sampah dan batu paras. Sayangnya masyarakat Duda masih membuang sampah di sungai dan membakarnya. Serta masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai pembuat Sanggah/Bangunan Suci Umat Hindu ini membuang batu sisa paras tersebut ke sungai. Hal ini mengakibatkan sungai menjadi sempit dan meluap saat hujan atau aliran air dari hulu mengalir dengan deras. Sehingga sangat penting untuk segera merealisasikan program Bank Sampah dan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu. Sosialisasi berjalan lancar bekerjasama dengan Bali Wastu Lestari dengan pemangku kebijakan daerah se-Desa Duda.
Sosialisasi Bank Sampah dan Biopori |
Tim Sosial-Budaya
Kami mengajar anak-anak SDN 1 Duda, SDN 2 Duda, dan SDN 3 Duda Bahasa Inggris. Kami terbagi dalam beberapa kelompok mengajar, bahkan anak-anak datang ke Posko untuk belajar tambahan untuk berbagai bidang pelajaran. Berasa beberapa tahun lebih muda nahlhooo.
Program Kesehatan Masyarakat
Beberapa minggu ini mengurus berbagai perizinan kegiatan dan mengikuti program Posyandu di beberapa Dusun di Desa Duda. Dari berinteraksi langsung dengan masyarakat seperti ini membuat saya mengerti Desa ini masih memiliki paradigma layaknya kehidupan ibu saya dahulu semasih muda. Sebagai orang yang terlibat dalam bidang KM, saya jadi mengetahui beberapa paradigma lama yang ternyata masih berlaku di Desa ini. Sewaktu pertama kali mengikuti Posyandu di Padang Tunggal Kangin dan Kauh, saya melihat perempuan seumuran adik saya menggendong balita umur 2 tahunan ke Posyandu.
Awalnya saya kira mengantar adik untuk imunisasi tetapi ketika saat saya ingin memberikan vitamin A ternyata dia adalah ibunya. Sebagian besar perempuan disini memilih untuk menikah muda dan beberapa ibu yang saya temui memiliki lebih dari 3 anak. Tentunya hal ini dari pandangan saya dan beberapa buku serta artikel ilmiah yang saya baca dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak tersebut. Mengingat kesiapan mental dan finansial serta beberapa faktor lain dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bukankah perempuan memiliki pendidikan tinggi bukan untuk menyaingi kaum laki-laki namun untuk membangun generasi. Perempuan setamat sekolah SMP dan SMA memilih untuk menikah daripada melanjutkan pendidikan. Disamping keterbatasan biaya dan informasi, sebagai besar orang tua disini lebih menginginkan anaknya untuk menikah dan bekerja di kebun. Jauh dari hingar-bingar perkotaan, bahkan ada beberapa orang yang belum pernah berkunjung ke Kota Denpasar. Mengetahui seperti apa kota tersebut dan aura persaingan didalamnya.
Jauh dari motivasi untuk bermimpi besar meraih cita-cita seperti halnya yang saya dan teman-teman miliki, dan juga jauh dari keinginan untuk kehidupan yang lebih baik. Mungkin pasrah atau apa yang dapat mendefinisikan keadaan para perempuan disini. Pekerjaan rumah yang besar bagi kita semua.
Akankah sama ditahun selanjutnya ?
Melihat ketidakmerataan di daerah sendiri...
Awalnya saya kira mengantar adik untuk imunisasi tetapi ketika saat saya ingin memberikan vitamin A ternyata dia adalah ibunya. Sebagian besar perempuan disini memilih untuk menikah muda dan beberapa ibu yang saya temui memiliki lebih dari 3 anak. Tentunya hal ini dari pandangan saya dan beberapa buku serta artikel ilmiah yang saya baca dapat membahayakan kesehatan ibu dan anak tersebut. Mengingat kesiapan mental dan finansial serta beberapa faktor lain dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Bukankah perempuan memiliki pendidikan tinggi bukan untuk menyaingi kaum laki-laki namun untuk membangun generasi. Perempuan setamat sekolah SMP dan SMA memilih untuk menikah daripada melanjutkan pendidikan. Disamping keterbatasan biaya dan informasi, sebagai besar orang tua disini lebih menginginkan anaknya untuk menikah dan bekerja di kebun. Jauh dari hingar-bingar perkotaan, bahkan ada beberapa orang yang belum pernah berkunjung ke Kota Denpasar. Mengetahui seperti apa kota tersebut dan aura persaingan didalamnya.
Jauh dari motivasi untuk bermimpi besar meraih cita-cita seperti halnya yang saya dan teman-teman miliki, dan juga jauh dari keinginan untuk kehidupan yang lebih baik. Mungkin pasrah atau apa yang dapat mendefinisikan keadaan para perempuan disini. Pekerjaan rumah yang besar bagi kita semua.
Akankah sama ditahun selanjutnya ?
Melihat ketidakmerataan di daerah sendiri...
Posyandu di Dusun Padang Tunggal, Desa Duda |
Program kerja bantu interdisiplin mulai dari gotong-royong kerja bakti bersama, menghias desa, dan lainnya juga mengisi beberapa hari pengabdian kami di Duda. Bahkan kami menghabiskan waktu luang dihari minggu dengan tracking bersama menyusuri desa Duda dengan pemandangan gunung, perbukitan dan laut dari atas bukit. Apalagi diberikan kelapa muda langsung dari pohonnya. Sungguh menyenangkan dan tentunya masih ada beberapa program kedepan yang akan kami jalankan.
Tracking bersama masyarakat desa dan pembimbing lapangan |
Satu lagi yang menarik di Desa ini, kami mandi ditempat yang masih alami “Pancoran Beji”. Tetiba jadi tempat favorite untuk mandi. Pengalaman pertama kali bagi saya dan teman-teman. Aliran air yang besar dan menyengarkan ditambah setiap malam mandi beratapkan langit penuh bintang dan bulan, pepohonan yang rindang seperti menjaga kami serta kunang-kunang yang menyinari tempat pemandian ini, mana bisa ketemu kunang-kunang di kota-kota besar ?. *Berasa Bidadari XD
Tetapi sayangnya lagi, masyarakat lokal masih Buang Air Besar di sungai yang katanya bisa memilih pemandangan saat ingin BAB mau Gunung Agung, pohon-pohon atau gemericik airnya. Tidak Sehat IYAA ! maka dari itu memang banyak yang perlu dibenahi untuk memaksimalkan potensi Desa yang memiliki pemandangan yang berasa Balinya ini. Apalagi air sungai tidak begitu bersih dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat tersebut, sehingga dapat berpotensi menimbulkan penyakit.
Pengetahuan yang cukup namun tidak ditunjang dengan kondisi sanitasi yang bersih dari masyarakatnya tetap memerlukan campur tangan pemerintah bersama-sama membangun desa.
Tetapi sayangnya lagi, masyarakat lokal masih Buang Air Besar di sungai yang katanya bisa memilih pemandangan saat ingin BAB mau Gunung Agung, pohon-pohon atau gemericik airnya. Tidak Sehat IYAA ! maka dari itu memang banyak yang perlu dibenahi untuk memaksimalkan potensi Desa yang memiliki pemandangan yang berasa Balinya ini. Apalagi air sungai tidak begitu bersih dengan sampah yang dibuang oleh masyarakat tersebut, sehingga dapat berpotensi menimbulkan penyakit.
Pengetahuan yang cukup namun tidak ditunjang dengan kondisi sanitasi yang bersih dari masyarakatnya tetap memerlukan campur tangan pemerintah bersama-sama membangun desa.
Banyak kalangan yang mengatakan Karangasem sebagai daerah yang terkenal dengan Alkohol khas Balinya ini serta Kekuatan Magis yang dimiliki oleh masyarakat lokalnya. Namun, sama sekali tidak terasa saat kami berada disini. Aman dan tentram, masyarakat lokal yang ramah dan saling membantu serta merasa seperti memiliki lingkungan ini sebagai rumah sendiri. Hal yang paling terpenting adalah bagaimana menjaga diri untuk bersifat saling menghargai, menghormati satu sama lain, serta menebarkan manfaat bagi masyarakat. Walaupun tidak dapat membawa perubahan besar namun dari hal-hal kecil yang kami lakukan dapat memberikan perubahan kedepannya bagi perkembangan desa.
Yuks jangan pernah bertanya lagi apa yang negara bisa berikan padamu, tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu...
Tidak harus menunggu sampai kamu menjadi Bupati atau Gubernur karena dengan menjadi Mahasiswa saja kamu bisa membuat perubahan kecil bagi desa yang lebih baik.
Yuks jangan pernah bertanya lagi apa yang negara bisa berikan padamu, tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada negaramu...
Tidak harus menunggu sampai kamu menjadi Bupati atau Gubernur karena dengan menjadi Mahasiswa saja kamu bisa membuat perubahan kecil bagi desa yang lebih baik.
0 Comments