Menjadi Dewasa: Memahami Setiap Rasa dan Menikmati Proses Belajar Tak Berujung

Kamis, Maret 21, 2019



Bukan “Hadapi dan kamu akan jadi kuat”, tapi “Terima, dan kamu akan belajar tentang sesuatu” 

Kegagalan yang kerap kali kita hadapi pastinya terasa seperti kampret momen yang terkadang datang berturut-turut. Kecewa, rasanya ingin teriak, kemudian tertawa sendiri atau menangis diam-diam sampai akhirnya berada di fase dihujani dengan pikiran-pikiran negatif. 

Menjalani proses pendewasaan ini sering kali kita merasa bahwa banyak luka yang timbul akibat ekspektasi-ekspektasi, baik ekspektasi diri-sendiri maupun orang lain. Tanpa disadari terbelenggu dalam pikiran sendiri-begitu seterusnya...

Kadang merasa hidup ini berubah, hidup terasa datar dan membosankan. Situasi tak lagi mendukungmu, begitu juga lingkungan sekitar. 

Pernahkah kamu merasa orang-orang yang dulunya selalu ada terasa terdapat sekat dan gap diantara, semakin sulit percaya terhadap siapapun karena rasanya semua orang hanya mementingkan dirinya beserta kepentingan yang mengikuti bersamanya yang melibatkan diri kita didalamnya. Ini yang disebut dengan taking for granted-baik diri kita maupun orang lain terhadap diri kita sendiri. Semakin membingungkan bukan?

Semangat yang dulunya membara tiba-tiba membuat kita merasa energi terlalu banyak dihabiskan begitu saja tanpa tujuan. Hampa. Atau mungkin apa yang selama ini kita harapkan tak lagi sejalan dengan perasaan yang mulai lelah.Iya lelah… 

Mungkin kita semua pernah berada dalam posisi tersebut. Bukan hal yang mudah memang dalam melewati masa-masa tersebut. Tapi, percayalah bahwa sebetulnya diri kita sendiri adalah penyembuh terbaik saat merasa sedang terpuruk. 

Seperti halnya luka fisik, batin pun dapat sembuh dengan sendirinya tanpa kita minta. Tetapi bagaimana? 

Kita harus menyadari bahwa luka itu “ADA” kita menerima bahwa kita sedang bersedih. Bersedih-menangis-merasa kecewa, jatuh, dan perasaan-perasaan sedih itu harus diterima jika ingin sembuh darinya. Sama halnya dengan luka fisik yang secara gamblang terlihat dan kita sadari kehadirannya. 


Berat.. 


Memang untuk jujur terhadap diri sendiri merupakan hal yang kadang jauh lebih sulit untuk dilakukan. Takut terlihat lemah dan payah. 

Begitulah kira-kira ego seorang manusia. Saat masalah membentur hidupmu, kamu dapat berkata “Tidak apa-apa” atau “Semuanya akan baik-baik saja” untuk memberikan sugesti yang positif. Namun coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kamu sedang mencoba untuk memberikan sugesti yang positif atau justru sedang membohongi perasaanmu sendiri? 

Pada titik ini jujurlah pada perasaanmu, tanyakan pada hatimu apa yang kamu rasakan. Apa kamu kecewa? Apa kamu marah? Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, karena itu adalah perasaanmu.

Terkadang orang lain tidak akan mengerti situasi seperti ini. Ketika seseorang membutuhkan waktu sendiri yang mulai sulit untuk didapatkan. Yaa… kita akan bertemu dengan orang-orang seperti itu, menganggap kita egois dan sebagainya disaat kondisi batin kita sedang lelah. 

Namun, percayalah setiap orang akan mengerti pada akhirnya karena perasaan yang kamu rasakan sekarang juga akan mereka alami (pada akhirnya). Semua orang akan pernah berada diposisi ini, yang membedakan hanya “Kapan”. 

Ambilah waktu sejenak untuk Me Time. Berdialog dengan diri sendiri. Hal ini bisa dilakukan untuk memberikan jeda pada tubuh untuk beristirahat sejenak. Menerapkan mindfulness dengan meditasi juga bisa menjadi salah satu alternatif penyembuhan luka batin. 

Kehidupan akan selalu mengajarkan kita sesuatu. Dan terkadang kehidupan bukan hanya mengajarkan kita untuk menghadapi dan menjadi kuat, tapi menerima dan belajar dari hal buruk yang menimpa kita. Tidak mudah tentunya ketika kita masih mengharapkan sesuatu namun kenyataan justru berkata sebaliknya. Namun, dengan menerima tak akan sedikit pun menjadikan kamu pribadi yang lemah atau menyerah terhadap keadaan. Justru dari situlah sebetulnya kamu dibentuk menjadi lebih kuat. 

Begitulah kehidupan berjalan. Hal baik dan hal buruk adalah sebuah rotasi yang tak bisa lepas dari kehidupan kita. Rwa Bhineda (Baik-Buruk) adalah bagian dari satu kesatuan yang hadir didalam proses pendewasaan ini. Namun hal buruk datang bukan untuk menghadang kita, tapi untuk membentuk kita menjadi lebih baik. Kedua hal tersebut bisa menjadi bentuk yang berbeda tergantung dari sudut pandang mana yang ingin kita lihat. 

Banyak yang kita harapkan di dunia ini, namun tak selamanya kehidupan berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Gap antara ekspektasi dengan realita kehidupan tentu akan selalu ada. Setelah kamu jujur dengan perasaanmu, mulai renungkan akar masalah yang selama ini membelenggumu. Apa yang selama ini kamu harapkan dan bagaimana kenyataan yang kamu hadapi sekarang. Terus berporos pada ekspektasimu tentu akan membuatmu semakin lelah dan menentang kenyataan. 

Percayalah kepada proses, didunia ini tidak ada yang abadi. Semua bersifat sementara termasuk rasa sedih dan senang yang porsinya datang dalam jumlah yang sama. 

Menjadi dewasa tidak tumbuh dalam waktu semalam, apalagi hanya dengan satu permasalahan. Sebab pendewasaan diciptakan oleh usaha dan kesabaran, dibentuk dari ujian dan permasalahan hidup, dan dipertahankan dengan keteguhan diri. 

Sehingga, terimalah saat sedih itu datang sama seperti kita menerima rasa senang. Karena pada akhirnya apapun yang terjadi semua luka akan sembuh, kapan? Kamu yang tau jawabannya, nikmati prosesnya dan sadarilah bahwa kamu sedang naik tingkat dalam universitas kehidupan.




You Might Also Like

0 komentar

Paling Banyak Dibaca

Subscribe