-Hai Mas Dede-
Selasa, November 20, 2018
Selama perjalanan pulang saya membaca kembali Love Letter Mas Dede kirimkan ke email beberapa waktu lalu. Saya hanya ingin memastikan tidak ada satu kalimat pun yang terlewatkan karena biasanya Mas Dede suka berkata dan menulis sesuatu yang tanpa disadari tersirat lebih dari satu makna hmmm
Syukurlah sejauh ini merasakan hal yang sama “Jeleb” seperti biasanya haha
Hari ini saya ketemu sama bapak-bapak paruh baya yang kebetulan satu pesawat mas. Beliau mengunjungi cucunya dan kembali ke Bali sendirian. Setelah ngobrol banyak, ternyata beliau satu pesawat dengan saya. Beliau banyak bercerita tentang anak dan cucunya, tentu, saya dengan senang hati mendengarkan mengingat dengan ngobrol gini rasa ngantuk rasanya enyah. Lalu, bapak ini berkata pada saya mas “Baru kali ini bapak ketemu sama anak muda yang anteng mendengarkan orang asing bercerita tanpa main HP tapi malah menggenggam buku (padahal itu buku baru saya beli cuma lupa masukin tas)”, lalu saya langsung ingat dengan Mas Dede. “Wahh ini kan yang sering Mas Dede bilang” pikir saya ini ngefek banget ya sambil cengar-cengir. Lalu saya izin buat tidur karena kemarin begadang, jangan tanya mas kenapa, begadang saya biasanya tidak berfaedah haha
Alih-alih tidur....
Saya malah jadi menangis...
Saya menangis mengingat betapa beruntungnya saya bertemu dengan Mas Dede.
Jika saja saya tidak kenal mungkin saya tidak menjadi Widia seperti sekarang ini (masih jauh dari kata perfect tapi saya memang tak menginginkan kesempurnaan tanpa doi, duhh ini apaaa ehh).
Saya masih ingat betul, kali pertama saya bertemu Mas Dede di Kemenpora waktu itu, pas Nyepi mas itu, saya tidak menyepikan diri karena ikutan ini. Mas bertanya “Apa yang kamu lakukan selain berkuliah?”. Saya menjawab dengan terbata-bata aktivitas diluar perkuliahan, salah satunya di Slukat learning Center (SLC). Dengan panjang lebar saya menjelaskan dan ternyata Mas Dede pernah ke SLC tapi waktu itu mas malah gak bilang apa-apa. Mas tau? yang mas lakukan itu jahat! hoho
Dari sejak itu saya sudah merasa wahhhh wahhh, saya speechless mengrenyitkan alis, karena “tingkah” tersebut bikin saya secara tidak langsung belajar untuk tidak sesumbar walaupun kita mengetahui sesuatu. Kalau kata orang Bali “Ede ngaden awak bise, depang anake ngadanin” ini ngena banget.
Kemudian, ditambah lagi saya terharu sekali mas. Saya ungkap sekarang yaa mas haha
Mas ingat gak setelah saya lulus saya sempat menghilang sekian bulan dari sosial media? mungkin ini momen yang bikin saya sekarang lebih bijak. Waktu itu, pokoknya saya bodo amat gamau nge-cek apapun di sosmed. Saya menghidupkan HP hanya jikalau saya mesti menghubungi orang tua saya (titik), saya menghabiskan waktu bangun-tidur-baca-yoga-nulis-makan-tidur (repeat).
Tapi akhirnya Mas Dede menghubungi saya lewat telepon sore hari tepat sesaat mungkin HP saya aktif, Mas Dede menanyakan kabar saya bla bla...
Malamnya saya menangis sejadi-jadinya mas, saya terharu dengan perhatian Mas Dede yang begitu peduli dengan saya. Jujur saya tidak bermaksud untuk “menghilang”, hanya saja saya ingin beristirahat dari hingar-bingar sosial media setelah lulus. Ketika mas pernah bergumam karena banyaknya sosial media yang kita miliki.
Mas tau gak mas? Mas satu-satunya yang telepon saya selain orang tua saya (duhh kok ngenes haha), seolah ingin ikut menyelesaikan masalah yang saya hadapi. Mungkin terlihat seperti itu yaa mas? Hehe
Selama beberapa bulan itu mas, saya sebenarnya sedang berpikir: What’s next? Tapi saya tidak ingin ada yang tau, termasuk kedua orang tua saya. Setelah Mas Dede telepon akhirnya saya merasa "cukup" dan waktunya kembali...
Kemudian...
Mas Dede mempercayai saya untuk ikut andil dalam Program Indonesia-Japan Homestay setelah sebelumnya saya ikut jadi relawan di Jakarta. Mas Dede “seperti” menarik saya... Iya mas, saya merasa Mas Dede membawa saya kepada lingkungan yang menurut saya “seram” awalnya...
Tetapi kemudian saya menyadari, Mas Dede sedang mencemplungkan saya pada “Universitas Kehidupan”. Bertemu dengan teman-teman mas yang jujur bikin saya jengah mas. Lingkungan yang membuat kami-kami ini belajar dari hanya dengan "sebuah pertemuan".
Mas Dede....
Tuhan maha baik yaaa..
Saya mungkin satu dari 265 jt-an penduduk Ina yang beruntung. Mana pernah terbayang saya bisa ke Jepang lagi tahun ini? Bukan hanya untuk “melali” tetapi saya mendapatkan hal yang lebih dari apa yang saya harapkan. Panjang kalau diceritakan tapi yang paling berkesan adalah ketika kita masak-masak bareng mas, duhh rasanya waktu itu saya langsung kangen bapak saya mas, minum alkohol pertama kalinya, bahkan di Jepang saya akhirnya makan Daging Sapi. Bahkan saya bersepeda keliling Kyoto sendirian mas, iya sendirian sampai malam mas. Secara tidak langsung kesempatan-kesempatan yang datang dari uluran tangan mas membentuk saya menjadi sampai sekarang ini. Bahkan sekarang saya kepelosok-pelosok sendirian, berkenalan dengan orang baru tanpa ada rasa takut, rapat dengan orang baru, sungguh terasa perubahannya mas. Bahkan saya nonton film "suzzanna bernafas dalam kubur" sendirian abis gak ada yang mau saya ajakin nonton haha
Mas tau gak?
Kalau nanti semisal Mas Dede bertemu dengan Bu Ayu (SLC), dulu sewaktu saya masih micin, saya orangnya pemalu mas bahkan waktu di interview Mas Dede saya waktu itu masih terbata-bata, saya masih minder lihat “saingan” saya lainnya disana. Jangankan ngobrol dengan orang baru, bertemu dengan mereka aja saya sembunyi karena saking pemalunya. Tetapi bagaimana dengan saya yang sekarang?
Mas Dede....
Ingat gak mas waktu saya nangis karena putus?
Baik,, ini adalah momen turning point dalam hidup saya belajar lebih banyak dari Mas Dede.
Waktu itu saya hanya menangis di 3 orang saja mas, bahkan orang tua saya tidak termasuk didalamnya. Jujur saya bukan orang yang gampang menunjukkan emosi sebenarnya terutama saat sedang sedih.
Saya sempat sebal tau mas, kok mas malah bilang “You will go through it, widia mah cocoknya sama...”, padahal hati lagi berdarah-darah mas *lebay. Dengan santainya Mas Dede bilang widia harusnya dapat orang yang lebih dari ini... Walaupun terlihat cuek tapi saya tau mas peduli sekali sampai Mas Dede mengirimkan kutipan buku “Suwung”. Masih saya simpan mas, yang bikin saya memahami tentang kemelekatan. Dua minggu setelahnya saya baru sadar kalau ini adalah "proses", Mas Dede yang paling bijak dalam diam bisa bikin jeleb saya. Besok-besok kalau saya naksir cowok saya konsultasi sama mas dulu yaa kira-kira pas gak yaa haha
Mas Dede...
Saya senang, sungguh sangat senang. Mas Dede selalu senantiasa mengajari saya sesuatu, saking banyaknya saya malas ngetiknya nanti kalau jadi paper gimana dong haha *iniaja udah panjang Lol
BiBiT, wadah baru buat saya “kembali” dengan cara yang saya sukai...
Terima kasih Mas, terima kasih Banyak, kalau ada kata yang lebih dari terima kasih saya pasti sudah comot, sayangnya saya gak tau mas.
Mas Dede yang selalu ada buat kasi widia semangat....
Selalu jadi rumah untuk kembali pulang....
Selalu jadi tempat buat membagi rasa senang dan sedih...
Apalagi membagi makanan ehh haha
Selalu bilang “come on you can do it”, “come on widia...”
Selalu mengarahkan untuk jadi orang yang lebih baik setiap harinya
Saya mungkin tidak bisa membalas kebaikan yang mas berikan, tapi saya yakin mas pasti sudah merasakan bagaimana cara saya membalas kebaikan Mas Dede...
Mas Dede....
Maaf ya mas, kadang saya bandel...
Maaf ya mas, kadang saya cengeng, walaupun mas selalu bilang “You’re so Independent”
Saya yakin Mas Dede sudah tau betul saya bagaimana... semoga masih boleh bandel-bandel dikit ya mas biar seru haha
Udah itu dulu aja ya mas, air mata saya kebetulan udah kering, saya udah sampai Bali mau turun takut mata sembab banget dan gak ada ide lagi mau nulis apa haha.
Yang jelas, kalau ada sosok yang Orang Tua saya “sangat berterimakasih” sudah mendidik anaknya selama mereka sibuk bekerja,,,
Mas Dede adalah orangnya...
Thank you for challenging me always to dig a little deeper.
Thank you for the numerous conversations over sugar tea at first till no-sugar green tea.
Thank you for sharing your kece friends with me.
Thank you for your honest words, even when it’s the opposite of what I wanted to hear (but exactly what I needed to hear).
Thank you for encouraging me to always take care of myself mentally, physically, spiritually, and emotionally.
Thank you for your kindness and teaching me to be kind to others.
Thank you for pushing me to excel in my academics.
Thank you for your love, when I’ve felt the lowest. Knowing I was loved made all the difference in the world.
Thank you for reminding me about living a simple, less materialistic life and finding what truly is important to me.
Thank you for proving to me that it’s okay to be upset about something, as long as you don’t take it out on someone else.
Thank you for teaching me to keep an open mind, even when I want to resort to my close-minded ways.
Thank you for showing me that a trip across the world can bring you the happiness you’ve desperately needed.
Thank you for being a role model to me.
I’m sure there’s more I could thank you for, because you truly have had one of the biggest impacts on my life.
OTSUKARESAMA sudah menjadi Mentor yang luar biasa adem mas....
Sudah menjadikan saya salah satu anak didikmu.. Saya yakin mereka pun begitu...
Selamat Hari Anak Sedunia :)
We love you, Mas Dede :)
20/11/2018;10:50 PM
0 Comments